Tulisan kuno Berber diajarkan di Maroko

Di sebuah sekolah di desa di tepi pegunungan Atlas di Maroko, anak-anak suku Amazigh mempelajari bahasa ibu mereka sendiri.

Sejak abad ke-17, Maroko didominasi oleh kebudayaan Arab, setelah bangsa Arab menguasai Timur Tengah dan Afrika Utara atas nama Islam.

Sekarang suku asli di negara itu memperkenalkan kembali budaya nenek moyang mereka.

Nama suku Amazigh diambil dari kata yang berarti bebas atau mulia, tetapi bangsa Arab menyebut orang Amazigh sebagai suku Berber – atau barbarian. Tetapi bahasa mereka masih disebut bahasa Berber.

Siswa berusia enam tahun di sekolah itu adalah bagian dari upaya membuat bahasa Berber menjadi mata pelajaran wajib di semua sekolah di Maroko dalam 10 tahun ke depan.

Ini adalah satu langkah penting dalam upaya mengakui hak warga suku Amazigh.

Bahasa lisan

Bahasa Arab adalah bahasa resmi di Maroko. Bahasa Perancis juga umum digunakan meskipun 60% penduduk di Maroko, sekitar 18 juta, adalah suku Amazigh.

Bahasa Berber adalah salah satu bahasa tertua di dunia. Beberapa pakar sejarah menyebut bahasa itu berusia sekitar 5.000 tahun. Sebelum kedatangan bangsa Arab, bahasa Berber digunakan di banyak daerah di Afrika Utara.

Oussayn yang berusia enam tahun mengatakan dia bangga dengan kemampuan membacanya yang baru.

“Saya senang belajar bahasa Berber karena ini mudah – saya berbicara bahasa Berber setiap hari di rumah,” katanya.

Penduduk asli Afrika Utara masuk Islam sewaktu bangsa Arab datang. Mereka secara bersamaan juga merangkul kebudayaan Arab.

Meskipun peninggalan bangsa Arab mendominasi kebudayaan mereka, bahasa asli Berber tidak hilang.

Masyarakat di Maroko, Aljazair, Tunisia, Mesir dan negara-negara di selatan di sekitar gurun Sahara masih menggunakan dialek bahasa Berber.

Tetapi di kebanyakan daerah, bahasa Berber hanya digunakan sebagai bahasa lisan.

‘Punah’

Untuk membangkitkan kembali bahasa Berber sepenuhnya, bahasa tulis dengan tulisan kuno yang disebut Tifinagh, diperkenalkan kembali.

Tulisn Tifinagh, menurut para pakar, datang dari masa yang sama dengan tulisan hieroglif Mesir kuno.

“Bahasa dan tulisan suku Amazigh satu rumpun dengan tulisan Mesir kuno,” kata Profesor Mohamed Oujama, pakar sejarah Maroko.

“Tulisan Tifinagh kemudian dilupakan karena para elit suku Amazigh punah setelah Maroko menghadapi serangan tiga kali berturut-turut. Sekarang bangsa Amazigh ingin dapat menulis dengan abjat mereka sendiri – bukan dengan tulisan Latin ataupun Arab.”

Di Pegunungan Atlas, kita masih bisa melihat lukisan dan tulisan batu yang memperlihatkan gambar binatang dan manusia, yang dipahat jauh sebelum Maroko menjadi bagian dari dunia Arab.

Nenek moyang bangsa Amazigh inilah yang menciptakan abjad tulisan kuno Tifinagh.

Di sebuah desa tidak jauh dari pegunungan itu, Sadia Bussta menghidangkan sup sayuran dan buah kurma kepada keluarganya.

Seperti halnya orang-orang Amazigh di Maroko lainnya, keluarga Sadia berbicara bahasa Berber tetapi mereka tidak bisa menulis dalam bahasa Berber karena mereka semua diajarkan tulisan Arab di sekolah.

“Sekarang kementerian pendidikan di Maroko mengajarkan bahasa kami di sekolah-sekolah negeri. Kami, bangsa Amazigh, dapat menemukan jati diri kami kembali. Kami bangga anak-anak kami bisa membaca dan mempelajari bahasa kami sendiri,” kata Sadia.

Tradisi budaya Amazigh yang diturunkan secara lisan – seperti lagu dan puisi – sangat penting dalam menjaga bahasa Berber tetapi hidup.

Sekarang bangsa Amazigh bisa kembali belajar membaca dan menulis dalam bahasa ibu mereka sendiri.

Disadap dari: http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2005/12/051219_moroccoberber.shtml

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: