Penulis
Iqbal Nurul Azhar
Bagus Irawan
Kata Pengantar
Rektor Universitas Trunojoyo Madura
Dr. H. Muhammad Syarif, M.Si.
Kepala Balai Bahasa Jawa Timur
Drs. Mustakim, M.Hum.
Para Pengumpul Cerita
Siti Mukhodi’ah, Lulu’ Ulfiyah Aprilia, Ningmas Salimatul U, Millennia Nur Putri R, Vici Diniyah Lestari, Wanda Halim M, Lailiyatur R, Khilda Septafina, Jamilatul Hasana, Moh. Adfar Istihar, Aditya Ramadhani P, A. Dedik Kurniawan, Hamzah Fansuri, Khoirul Anwar, Slamet Hendra R.
ISBN: 978-602-8334-53-2
Copyright © November, 2019
Ukuran : 15,5 cm x 23 cm ; Hal: xvi + 322
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak dalam bentuk apapun
tanpa ijin tertulis dari pihak penerbit.
Desain Sampul:
Rahardian Tegar
Tata letak:
Nur Saadah
Desain Grafis:
Salim Anshori
Penerbit:
Balai Bahasa Jawa Timur
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo
Tlp. 031-8051752
balaibahasa@kemdikbud.go.id
Dicetak oleh PT. Cita Intrans Selaras
Wisma Kalimetro, Jalan Joyosuko Metro 42 Malang
Tlp. 0341-573650
Posel: intrans_malang@yahoo.com
Setelah berhasil menyelesaikan proyek penulisan buku yang berjudul Mozaik Caréta dâri Madhurâ: Antologi Cerita Rakyat Para Penghuni Pulau Madura pada tahun 2018 yang lalu, penulis melanjutkan impiannya untuk mendokumentasikan segala cerita rakyat yang ada di Madura. Kali ini topik yang diangkat adalah tentang legenda para bhuju’.
Bhuju’ didefinisikan sebagai tetua pada jaman dahulu yang semasa hidupnya diangggap memiliki kesaktian atau kelebihan dan berjasa terhadap perkembangan masyarakat dan karenanya, ketika meninggal makamnya kemudian dikeramatkan. Di Madura, hampir setiap desa atau daerah memiliki bhuju’ minimal satu buah. Jika setiap desa memiliki satu bhuju’, maka jumlah bhuju’ yang dimiliki Madura bisa mencapai angka 1200-an. Dengan demikian, Pulau Madura layak kiranya menyandang julukan baru yaitu Pulau Seribu Bhuju’.
Ada tiga pertimbangan mengapa topik ini dipilih untuk disajikan dalam buku ini. Pertama, pada buku yang penulis terbitkan sebelumnya yang berjudul Mozaik Caréta dâri Madhurâ: Antologi Cerita Rakyat Para Penghuni Pulau Madura yang berfokus pada penulisan legenda asal muasal daerah di Madura, ada banyak legenda yang tidak dapat dimasukkan ke dalam buku tersebut karena tidak sesuai dengan fokus buku. Legenda-legenda yang dimaksud di sini adalah legenda-legenda tentang para bhuju’, yaitu gambaran hidup tokoh-tokoh penting Madura di masa lalu yang jenazahnya dikuburkan di makam-makam keramat. Dengan demikian, untuk menampung legenda-legenda yang tidak terpublikasikan tersebut, perlu kiranya dituliskan satu buku lagi yang berisikan legenda-legenda tersebut.
Kedua, buku-buku dan referensi-referensi yang secara serius mendokumentasikan kisah-kisah yang berhubungan dengan legenda para bhuju’ Madura, belum banyak ditemukan dan beredar di masyarakat. Padahal, buku-buku dan referensi-referensi visual tentang legenda para bhuju’ ini sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat berpikir kreatif dan memiliki imajinasi positif yang tinggi, membantu mereka belajar menghargai tokoh-tokoh yang telah membangun pulau mereka di masa lalu, serta membantu mereka mempertahankan salah satu kearifan lokal mereka yaitu folktales (cerita rakyat).
Ketiga, dengan melakukan pendokumentasian para bhuju’ Madura ini, hasil dokumentasi (dalam bentuk buku ini) ini dapat digunakan untuk mendukung wacana dari empat pemerintah daerah yang sedang menggagas Madura sebagai destinasi pariwisata spiritual dan relijius, yang mana kekuatan pariwisata spiritual dan relijius berada pada tempat-tempat ibadah dan makam-makam para wali dan orang-orang yang diberkahi dengan kebaikan oleh Yang Maha Kuasa. Buku ini dapat menjadi pendukung visi ini dengan cara memberikan informasi terkait asal muasal entitas-entitas tersebut. Sayangnya, karena terbatasnya waktu yang dimiliki oleh penulis dalam menggali informasi, serta adanya kesulitan-kesulitan yang dijumpai penulis untuk merekronstruksi legenda-legenda bhuju’ yang banyak jumlahnya tersebut, maka tidak semua bhuju’ di tampilkan dalam buku ini. Bhuju’-bhuju’ yang hanya memiliki cerita yang memenuhi kaidah naratif lengkaplah yang diangkat dalam buku ini.
Sebagai bagian dari rasa syukur atas terbitnya buku ini, penulis ingin menyematkan beberapa penghargaan kepada beberapa pihak yang secara luar biasa membantu membidani hadirnya buku ini. Merekalah yang membantu penulis untuk melahirkan buku ini.
Ucapan terimakasih yang pertama disampaikan kepada Rektor Universitas Trunojoyo Madura yang telah memberikan dana hibah pada tim penelitian ini melalui skema Penelitian Unggulan Universitas Trunojoyo Madura. Buku ini merupakan salah satu output dari hibah tersebut. Ucapan terimakasih disampaikan pula kepada rekan-rekan tim LPPM Universitas Trunojoyo Madura yang telah berkenan memberikan semangat dan membantu proses administrasi dalam pelaksanaan penulisan buku ini.
Ucapan terimakasih selanjutnya disampaikan kepada rekan-rekan dari Balai Bahasa Jawa Timur lebih khusus kepada Bapak Drs. Mustakim M.Hum yang telah memberikan inspirasi dan arahan akan dibawa kemana buku ini nantinya. Selaku Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Bapak Drs. Mustakim M.Hum telah berkenan menuliskan kata pengantar pada bagian awal buku ini.
Ucapan terimakasih tak terhingga disampaikan kepada 15 mahasiswa penulis yang direkrut dari Program Studi Sastra Inggris dan Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura. Mereka adalah para pemuda hebat, yang telah memberikan kontribusi yang luar biasa pada buku ini, utamanya dalam hal menjembatani penulis dengan para narasumber. Sebagai bentuk penghargaan, nama-nama ke-15 mahasiswa penulis tersebut dimunculkan secara jelas pada sampul dalam dari buku ini.
Demikian juga kepada bapak ibu para narasumber (nama-nama terlampir di bagian referensi), yang telah membantu menceritakan kepada penulis hal-hal luar biasa yang belum pernah penulis dengar sebelumnya, tiada kata yang bisa penulis ucapkan selain kata terimakasih tiada hingga. Karena anda-andalah, buku ini dapat muncul menemani para pembaca dan membuka wawasan mereka tentang Madura di masa lalu.
Buku ini pada hakikatnya merupakan kompilasi dari puluhan cerita rakyat yang dituturkan para informan yang disampaikan kepada para pengumpul data pada tahun 2019. Meskipun demikian, tidak semua bagian dari buku ini dikumpulkan pada tahun 2019. Beberapa bagian dari buku ini disadap dari buku penulis sebelumnya yaitu Mozaik Caréta dâri Madhurâ: Antologi Cerita Rakyat Para Penghuni Pulau Madura karena membahas tokoh bhuju’ yang sama. Di daur ulangnya beberapa cerita pada buku sebelumnya dilakukan untuk membuat perca cerita tentang para bhuju’ ini menjadi lebih berwarna namun tetap solid.
Sama seperti penutup dari pengantar penulis yang ada pada buku sebelumnya, pada kesempatan ini penulis menyampaikan kalimat pamungkas bahwa meskipun buku ini hampir seluruh isinya adalah legenda, namun tidak berarti bahwa buku ini menjadi sangat fiktif. Ada banyak kebenaran yang penulis yakini terkandung dalam legenda-legenda tersebut. Untuk mempertahankana agar kebenaran tersebut tetap ada, maka sengaja legenda-legenda tersebut ditulis dalam bentuk narasi blok, yang di dalamnya tidak disertakan monolog tokoh maupun dialog antartokoh. Ini dilakukan untuk mempertahankan legenda agar tetap menjadi legenda (cerita yang didalamnya mengandung unsur sejarah namun terdapat juga banyak distorsi fakta), serta menghindarkan legenda yang ada di dalam buku ini menjadi kumpulan dari dongeng yang dikarang-karang.