Dalam persepsi masyarakat umum, Australia adalah sebuah negara yang mana masyarakatnya merupakan. Pengetahuan ini di dapat dari buku-buku sejarah yang selalu menceritakan bahwa nenek moyang orang Australia yang berbahasa Inggris merupakan para penjelajah asal Eropa.
Namun tahukah anda, bahwa jauh sebelum penjelajah itu datang dan bahasa Inggris masuk ke Australia, bahasa Melayu asal Indonesia justru tercatat sebagai bahasa asing pertama yang masuk dan dipelajari di benua Australia? Jika informasi ini belum anda ketahui maka anda sangat beruntung menemukan tulisan ini.
Dr. Paul Thomas peneliti dari Monash University di Melbourne dalam bukunya yang berjudul ‘Talking North: The Journey of Australia’s First Asian Language’ menyebut bahwa bahasa Melayu pertama kali diperkenalkan kepada suku asli yang tinggal di Australia Utara pada tahun 1700an, saat nelayan dari Makassar datang untuk menjalin hubungan dagang. Suku Yolngu adalah orang pertama di benua Australia yang menggunakan bahasa asing dengan belajar bahasa makassar dan bahasa Melayu dari Indonesia,” Sesuai catatan sejarah, juru bahasa pertama yang ada di benua Australia adalah juru bahasa Melayu Indonesia yang didatangkan dari Batavia oleh penjelajah bernama Abdel Tasman di awal abad ke-17. Tokoh ini diminta untuk mencari juru bahasa Melayu karena mereka kira akan ada kemungkinan bahasa Melayu Indonesia digunakan di benua Australia, yang saat ini bernama Hollandia Baru,”
Menurut Dr. Paul Thomas pula, di masa kini, minat penduduk Australia untuk belajar Bahasa Indonesia terus mengalami penurunan. Salah satu faktornya adalah jumlah pendatang dari Indonesia ke Australia yang tidak banyak dibandingkan dengan pendatang dari negara lain seperti Italia, Yunani, atau China. Pendatang dari Indonesia kebanyakan adalah mahasiswa, yang datang tidak untuk menetap. Karenanya, pengaruh pendatang dari Indonesia ini kepada kebudayaan Australia menjadi tidak begitu besar.
Status bahasa Indonesia di negeri sendiri juga ikut mempengaruhinya makin berkurangnya minat orang Australia belajar bahasa Indonesia. Belakangan, penggunaan bahasa Inggris dianggap lebih penting atau “lebih bergengsi” di Indonesia dan banyak orang Indonesia bisa berbahasa Inggris sehingga orang Australia merasa sia-sia belajar bahasa Indonesia karena mereka dapat berkomunikasi dengan lebih mudah dengan menggunakan bahasa Inggris.
Dr. Paul Thomas menyampaikan, bahwa untuk membuat masyarakat Australia menjadi minat belajar bahasa Indonesia, maka jalan satu-satunya adalah meningkatkan status Indonesia di mata orang Australia. Kalau statusnya naik menjadi negara penting dalam perspektif orang Australia, misalnya Indonesia memiliki lebih banyak kerja sama dengan Australia, bahasa Indonesia makin populer di ASEAN, film dan musik Indonesia merambah kemana-mana seperti yang terjadi pada Korea Selatan, pasti keinginan murid [Australia] untuk belajar bahasa Indonesia akan terpacu karena menganggap hal tersebut merupakan seseatu yang wow.
Menurut Dr Paul, jika perdagangan bebas diterapkan, ini juga dapat membatu menaikkan minat orang Australia untuk belajar bahasa Indonesia di Australia. Tapi jika kian hari hal-hal yang bersifat stimulatif ini tidak dilakukan, dan minat warga Australia tidak kunjung naik pada budaya Indonesia, maka masa depan bahasa Indonesia di Australia menjadi tidak begitu bagus.