KAMUS SEBAGAI SUMBER DIKSI DALAM SASTRA

Sumber: Kerraff

A. Macam-macam Kamus

Kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan bagaimana menggunakan kata itu. Kamus dibedakan menurut luas lingkup isinya, yang sebenarnya merupakan varian dari kamus khusus; ada kamus istilah, ada kamus eka bahasa, kamus dwi bahasa, dan ada kamus multibahasa. Dilihat dari sifatnya ada kamus standar, dan ada kamus non-standar.

Kamus umum adalah kamus yang memuat segala macam topik yang ada dalam sebuah bahasa.

Kamus khusus/istilah adalah kamus yanag hanya memuat kata-kata dari suatu bidang tertentu.

Kamus ekabahasa merupakan kamus mengenai suatu bahasa tertentu.

Kamus dwi/multi bahasa merupakan kamus yang memuat dua bahasa dan banyak bahasa.

Kamus Standar merupakan kamus yang diakui dan memuat kata yang standar dalam dalam suatu bahasa.

Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) sekarang KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesianadalah kamus umum yang ekabahasa dan bersifat standar.

B. Sifat Kamus

Mengapa selalu terdapat kekurangan pada semua kamus?:

Setiap penyusun kamus/leksikograf, mencatat kata-kata yang dijumpainya hanya sampai saat sebelum kamus itu diterbitkan. Yang dimaksud dengan ”sampai saat sebelum kamus itu diterbitkan” adalah bukan pada waktu kamus itu dikeluarkan dari percetakan, tetapi pada waktu kamus itu mulai diketik sebagai sebuah naskah dan kemudian dikirim ke penerbit. Pengetikan itu sendiri sudah memerlukan waktu yang tidak sedikit. Belum lagi urusan-urusan lain antara pihak penerbit dan pihak percetakan. Semua ini memakan waktu yang cukup lama. Sementara itu, kata-kata baru tetap bermunculan dalam bahasa, di samping ada kata-kata mengalami perluasan makna. Leksikograf hanya mencatat kata-kata secara konservatif, sehingga pada saat kamus itu muncul dalam masyarakat, ia sudah ketinggalan jaman.

Selain dari alasan tersebut di atas, ada juga faktor lain mengapa sebuah kamus tidak selalu memuaskan pemakainya. Betapapun cermatnya seorang leksikograf, pasti ada satu-dua kata yang luput dari pengamatannya, malahan ada pula arti yang luput dari pencatatannya, meskipun katanya sendiri ada dalam kamus. Pencatatan kata-kata bersama maknanya biasanya dilakukan dengan mempergunakan bahan publikasi. Dalam suatu wilayah bahasa yang luas dengan beraneka ragam kegiatan publikasi, sangat sulit bagai seorang leksikograf untuk memperoleh semua bahan tersebut. Inilah faktor kedua yang mempengaruhi sifat sebuah kamus, apakah ia memuaskan atau tidak memuaskan para pemakainya.

Faktor lain yang mempengaruhi sifat sebuah kamus adalah minat dan tujuan seorang leksikograf. Ada leksikograf yang menganggap bahwa kata-kata tua, ungkapan-ungkapan kuno, dan peribahasa-peribahasa yang sudah usang dan tidak dipakai lagi, tidak perlu dimasukkan dalam sebuah kamus. Tetapi ada leksikograf yang beranggapan bahwa unsur-unsur itu harus dimasukkan karena pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertama, unsur-unsur tua itu masih sangat diperlukan terutama dalam menghadapi naskah-naskah tua, terutama bagi para filolog, etnolog, dan ahli-ahli sejarah. Kedua, perkembangan bahasa itu sendiri tidak selalu bergerak maju ke depan, teteapi dapat mengikuti perkembangan yang berbentuk spiral. Perkembangan yang berbentuk spiral adalah bahwa pada suatu waktu, perkembangan maju itu berbalik kembali ke titik tolak semula, tetapi dalam keadaan yang lebih tinggi dari yang dulu. Kata-kata lama dihidupkan kembali dalam pemakaian, tetapi diberi makna baru. Hal ini terutama dengan giat dilakukan dalam rangka mencari istilah-istilah baru sesuai dengan kemajuan teknologi dewasa ini.

C. Susunan Kamus

Bagian Pendahuluan

Biasanya sebelum daftar kata yang menjadi inti kamus itu, terdapat bagian Pendahuluan yang memuat keterangan tentang cara menggunakan kamus itu. Kamus Umum Bahasa Indonesia misalnya dalam bagian pendahulian memuat hal-hal berikut:
–   keterangan mengenai abjad dan ejaan;
–   keterangan mengenai perbendaharaan kata;
–   keterangan mengenai batasan kata dan keterangan lainnya;
–   tentang susunan dan urutan kata yang diterangkan;
–   tanda-tanda yang dipakai; dan
–   kependekan atau singkatan-singkatan yang dipergunakan.

Unsur-unsur atau pokok-pokok mana yang perlu dimasukkan dalam bagian pendahuluan ini, tergantung dari pertimbangan penyusun dan kebutuhan tiap bahasa.

Isi Kamus
Isi kamus merupakan bagian yang terpenting dari sebuah kamus. Isi kamus terdiri dari daftar kata yang disusun menurut urutan abjad, disertai keterangannya. Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya, mempergunakan abjad Latin, yaitu: a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Dengan demikian beberapa fonem tidak diberi status tersendiri tetapi dimasukkan dimasukkan dalam huruf awal yang digunakannya, misalnya: ny, ng dimasukkan dalam huruf ny ng dimasukkan dalam huruf n, dan kh dimasukkan dalam huruf k.

Bagian Pelengkap
Di samping pokok-pokok di atas yang biasa terdapat dlam sebuah kamus, kamus yang baik biasanya menambahakan suatu bagian pelengkap. Bagian ini terdiri dari Kata dan Frasa asing, Tokoh Mitologis dan Literer, Tokoh terkenal dan Nama Geografis, dan Hal-hal lain yang dianggap perlu.

Tokoh mitologis dan literer (kesusastraan) yang terkenal dapat dimasukkan juga dalam daftar kata umum (Isi Kamus). Tetapi dapat juga dimasukkan dalam bagian pelengkap. Sebuah kamus yang baik dan lengkap pasti akan memasukkan pokok-pokok ini, terutama tokoh-tokoh yang melambangkan perwatakan.

Isi Kamus

–  Ejaan

Tiap kata yang tercatat dalam kamus itu sekaligus merupakan ejaan yang berlaku bagi kata itu. Sehingga siapa pun yang ragu-ragu bagaimana menuliskan kata itu, hendaknya membuka kembali sebuah kamus untuk mendapatkan kepastian mengenai ejaan itu. Kata anjing misalnya, walaupun diucapkan an-ny-jing ditulis anjing. Demikian juga kata-kata seperti cincang, pincang, janji, dan sebagainya. Dalam beberapa hal terdapat dua bentuk untuk sebuah kata yang sama. Dalam hal ini kedua bentuk dicatat dalam kamus, dengan catatan dari yang lain:liwat—lewat, nasihat—nasehat, kukuh—kokoh, kurban—korban, hafal—hapal, afal—apal, dan sebagainya. Bagi sebuah kamus umum bahasa Indonesia, persoalan ekaan mungkin tidak membawa akibat yang besar , karena antara tulisan dan ucapan boleh dikatakan tak ada perbedaan dalam cara menuliskannya. Dalam bahasa Inggris, persoalan ejaan adalah hal yang sangat penting, mengingat perbedaan yang sangat besar antara tulisan dan ucapannya. Dalam bahasa Indonesia masih dijumpai di sana-sini kesulitan tertentu pada kata-kata yang homograf akibat adanya ejaan yang sama bagi bunyi /ė/ dan /e/.

–   Suku Kata

Suku kata adalah bagian dari sebuah kata yang membentuk suatu kesatuan puncak kenyaringan. Kecuali kata-kata yang monosilabis (yaitu kata-kata yang terdiri dari satu suku kata saja: mas, las, khas, bab, dan sebagainya) suku kata sama sekali tidak mengandung pengertian. Walaupun demikian, suku kata sangat penting untuk diketahui setiap bagian-bagiannya, khususnya pada akhir sebuah baris. Dalam tulisan harus diadakan pemisahan suku kata itu dengan cermat.

–  Aksen

Keterangan lain yang dapat diperoleh dalam sebuah kamus adalah tekanan atau aksen kata. Agar sebuah kata dapat diucapkan dengan benar, maka kata-kata dalam sebuah kamus dapat diberi tanda-tanda tekanan pada suku-suku kata yang patut mendapatkan tekanan. Bahasa-bahasa yang memiliki tekanan membedakan empat macam tekanan, yaitu tekanan paling keras (accent aigu), tekanan keras (accent grave). Tekanan lembut (accent circonflex), dan tekanan paling lembut (accent breve).
–  Kapitalisasi

Huruf-huruf kapital atau huruf besar dalam sebuah kamus bukan saja dipergunakan untuk kata-kata kepala yang perlu mendapatkan huruf kapital tetapi juga huruf awal baik dari kata dasarnya maupun unsur tambahan yang ditempatkan pada awalkata itu. Misalnya sebagai kata nama kata-kata berikut ditulis dengan huruf kapital: Pla’tonism, Cam;brian. Kata turunan yang mempergunakan kata-kata tadi sebagai kata dasar tetap mempergunakan huruf kapital, baik pada unsur tambahan maupun pada unsur dasarnya Neo’ Pla’tonism, Pre’-Cam’brian, dan sebagainya.
– Ucapan

Cara mengucapkan sebuah kata, sebagai telah disinggung di atas, dapat pula dimasukkan dalam sebuah kamus. Gunanya jelas, yaitu membantu para pemakai agar dapat mengucapkan sebuah kata dengan benar dan tepat. Keterangan mengenai ucapan (kalau ada) langsung ditempatkan di belakang kata yang bersangkutan.
–  Kelas Kata

Agas setiap pemakai kamus segera mengetahui apa kelas sebuah kata, maka sesudah keterangan mengenai ucapan, tercantumlah pula keterangan mengenai kelas katanya. Dalam kamus-kamus bahasa Inggris misalnya dicantumkan singkatan-singkatan seperti v. yang berarti verb atau kata kerja; verb ini biasanya dibedakan lg menjadi v.t. singkatan dari verb transitive atau kata kerja transitif, v.i singkatan dariverb intransitive atau kata kerja intransitif. Singkatan lain yang biasa dipergunakan untuk menunjukkan kelas kata
n             : Noun (kata benda)
ad.          : Adjective (kata sifat)
adv.         : Adverb (kata keterangan)
prep.       : Prepisition (kata depan)
conj.        : Conjunction (kata sambung)
–  Etimologi

Kamus yang baik menyertakan pula keterangan tentang asal-usul katanya atau entimologinya, bila hal itu memang ada. Agaknya kebanyakaan dari kita menganggap bahwa asal-usul kata itu tidak perlu diketahui; yang perlu ialah mengetahui arti kata yang berlaku dewasa ini. Walaupun anggapan ini tidak dapat ditolak, namun tidak dapat disangkal bahwa mengetahui asal-usul sebuah kata dengan maknanya yang dahulu, sering lebih memantapkan makna kata itu daripada sekedar menghafal arti yang sekarang.
Bahasa Indonesia banyak menerima dari kata asing misalnya dari bahasa Sansekerta dan bahasa Arab.
–  Definisi

Inti dari sebuah kamus adalah memberikan batas pengertian atau definisi sebuah kata. Pengertian batasan atau definisi di sini tidak dapat diartikan secara formal, tetapi dibuat secara singkat dan sederhana. Karena arti kata sering mengalami perubahan atau pergeseran, maka sesudah diberi pengertian yang sentral, disertai pula pengertian turunan atau atau arti yang sudah bergeser itu. Ada kata-kata yang tidak dapat dibatasi dalam perngertian tunggal, tetapi ada sejumlah pengertian yang diberikan polisemi. Semua makna yang secara potensial dimiliki oleh sbuah kata disebut makna potensial, misalnya tata nilai mempunyai makna potensial (1) harga (2) harga sesuatu (3) angka kepandaian (4) kadar, mutu (5) sifat-sifat penting  atau berguna bagi kemanusiaan.
–  Sinonim

Kata sinonimi adalah kata-kata yang sama artinya.
Kata Dan Frasa Asing
Dalam tata cara dan kehidupan ilmiah sering kali ada kata-kata asing disisipkan ditengah-tengah kalimat yang mempergunakan bahasa lain.

  6 comments for “KAMUS SEBAGAI SUMBER DIKSI DALAM SASTRA

  1. April 16, 2011 pukul 1:09 am

    tolong dounk buatin kamus tentang kata-kata usang pk

  2. mira
    Maret 3, 2013 pukul 2:17 am

    ak minta kamus inggris john dong jelek jg gak papa

  3. Anonymous
    Maret 22, 2013 pukul 10:26 pm

    Buatkan kamus bahasa,klise..
    Atau ku hack situs ini!

    • Maret 25, 2013 pukul 10:07 am

      waduh…boleh saja, asalkan anda ikut serta dalam pembuatannya…

  4. Mei 22, 2013 pukul 12:10 am

    Ada kamus sastra gak yah?

  5. septy
    Juli 30, 2013 pukul 7:33 am

    apa ciri ciri kamus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: