Oleh: Iqbal Nurul Azhar
Pandemi COVID-19 telah membuat sibuk para ahli bahasa khususnya para pekamus (leksikografer). Sebagai contoh, para editor Oxford English Dictionary yang selama 20 tahun terbiasa mengeluarkan pembaruan triwulanan, yaitu pada bulan Maret, Juni, September dan Desember, untuk mengumumkan kata-kata dan arti baru yang dipilih untuk dimasukkan dalam kamus, ketika pandemi hadir, maka pada akhir musim semi lalu, yaitu pada bulan Juli, para editor kamus tersebut secara tiba-tiba merilis pembaruan khusus dengan alasan kebutuhan untuk mendokumentasikan dampak pandemi COVID-19 pada bahasa Inggris. Dalam rilis mereka tersebut, mereka juga menyampaikan pernyataan yang cukup menarik bahwa meskipun mereka telah mendokumentasikan banyak perubahan linguistik terkait virus Corona, mereka mengklaim, pandemi hanya menghasilkan satu kata yang benar-benar baru yaitu akronim COVID-19. Sebagian besar perubahan kata yang berhubungan dengan virus Corona yang dicatat oleh editor kamus, berkaitan erat dengan kata-kata dan frasa yang lebih tua yang dilontarkan ke dalam konteks penggunaan baru, seperti nomor reproduksi dan jarak sosial. Mereka juga mendokumentasikan pembuatan campuran kata baru berdasarkan kosakata yang sudah ada sebelumnya.
Dalam konteks bahasa Indonesia, para editor Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga mendapatkan kesibukan memonitor istilah-istilah baru yang digunakan masyarakat selama pandemi. Salah satu hasil monitor ini adalah penetapan kata ‘pandemi’ oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sebagai Kata Tahun Ini (KTI), atau kata yang paling popular karena kata pandemi menjadi satu terbanyak dari dari 15 kata yang dicari terbanyak selama tahun 2020.
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi on-line (KBBI daring) memiliki kemampuan untuk merekam kata-kata yang memiliki pencarian terbanyak dalam kategori sepanjang masa, hari ini, bulan ini, dan tahun ini. Dari kemampuan KKBI inilah, tercatat ada 15 kata yang memiliki jumlah pencarian tertinggi yaitu pandemi, mudik, memengaruhi, daring, kerja sama, risiko, praktik, analisis, orang tua, hoaks, aktivitas, pulang kampung, survei, izin, dan zaman.
Kata pandemi, berdasarkan data KBBI pada 30 November 2020 pukul 10.25 WIB, telah dicari secara daring oleh masyarakat sebanyak sebanyak 28.125 kali dari total 46.436 pencarian. Kata ini menjadi populer karena mencerminkan kondisi masyarakat secara global sejak awal tahun 2020 yang berubah drastis karena pandemi. Temuan ini juga selaras dengan hasil analisis kata melalui mesin pencarian Google. Berdasarkan data Google pada 30 November 2020, pukul 10.51 WIB, kata dampak pandemi COVID-19 merupakan kueri tertinggi keempat dalam Google trends dengan jumlah pencarian sebanyak 44,8 juta kali.
Adanya penetapan kata ‘pandemi’ oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyiratkan kepada kita bahwa para editor KBBI masih terus berjibaku mendokumentasikan kosakata-kosakata baru di masyarakat seiring dengan pertumbuhan, perubahan, dan perkembangan bahasa Indonesia di masa Pandemi. Munculnya istilah-istilah baru seputar pandemi seperti seperti ‘karantina wilayah’ (lockdown), ‘pembatasan sosial’ (social distancing), ‘pembatasan fisik’ (physical distancing), ‘tes cepat’ (rapid test), ‘tes usap’ (swab test), ‘koronavirus’ (covid-19), ‘percikan’ (droplet), ‘penularan lokal’ (local transmission), ‘kasus impor’ (imported case), ‘kekebalan kelompok’ (herd immunity), dan ‘kenormalan baru’ (new normal) terlalu sayang dan mustahil untuk diabaikan mereka.
Kerja keras ini dapat dilihat dari dimasukkannya beberapa istilah dan kosakata seputar pandemi seperti ‘karantina wilayah’ (lockdown), ‘penyanitasi tangan’ (hand sanitizer), terduga (suspect), Alat Pelindung Diri (atau APD yang merujuk pada pakaian hazmat), Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB (merujuk pada istilah lockdown namun dengan pengecualian tertentu), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM yang juga merujuk pada istilah lockdown), Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pemantauan (PDP).
Berikut ini adalah daftar istilah asing yang telah dipadankan secara resmi oleh Badan Bahasa ke dalam bahasa Indonesia:
– antiseptict = antiseptik
– chloroquine = klorokuin
– corona suspect = terduga korona; suspek korona
– corona virus = koronavirus; virus korona
– coronavirus disease = penyakit koronavirus
– cross contamination = kontaminasi silang
– decontamination = dekontaminasi
– disinfectant = disinfektan – droplet = percikan
– face shield = pelindung wajah
– flattening the curve = pelandaian kurva
– hand sanitizer = penyanitasi tangan
– hazmat mask = alat pelindung wajah
– hazmat suit = alat pelindung diri (APD)
– herd immunity = kekebalan kelompok
– imported case = kasus impor
– incubation = inkubasi – isolation = isolasi
– local transmission = penularan lokal
– lockdown = karantina wilayah
– mask = masker
– massive test = tes serentak
– new normal = kenormalan baru
– pandemic = pandemi
– physical distancing = penjarakan fisik – protocol = protokol
– rapid strep tes = uji strep cepat
– rapid test = uji cepat – respirator = respirator
– screening = penyaringan – self isolation = isolasi mandiri
– self-quarantine = swakarantina; karantina mandiri
– social distancing = penjarakan sosial; jarak sosial
– social media distancing = penjarakan media sosial
– social restriction = pembatasan sosial – specimen = spesimen; contoh – survivor = penyintas
– swab test = uji usap – thermo gun = pistol termometer
– throat swab test = tes usap tenggorokan – tracing = penelusuran; pelacakan
– ventilator = ventilator
– work from home = kerja dari rumah (KDR)
– work from office = kerja dari kantor (KDK)
– zoonosis = zoonosis
Meskipun demikian, kerja keras mereka masih belum cukup karena masih ada banyak lagi istilah lainnya, yang kebanyakan dari bahasa Inggris, belum dimasukkan ke dalam KBBI karena masih mempertimbangkan beberapa hal seperti padanan katanya dalam bahasa Indonesia serta kepopulerannya.
Selain menginventarisasi istilah-istilah baru, kerja keras para editor KBBI juga berhubungan dengan pengamatan pada perubahan makna serta fungsi dari istilah-istilah yang telah ada sebelumnya di KBBI. Sebagai kamus kanonik, KBBI pastinya telah mencatat istilah-istilah yang sekarang sedang marak digunakan. Istilah-istilah seperti ‘pandemi,’ ‘pandemik,’ ‘endemi,’ ‘endemik,’ ‘epidemik,’ ‘spesimen,’ ‘diagnosis,’ ‘karantina,’ ‘isolasi,’ ‘antiseptik,’ ‘disinfektan,’ ‘ventilator,’ ‘masker,’ dan sebagainya merupakan istilah-istilah lama dalam bidang kesehatan namun marak digunakan masyarakat akhir-akhir ini. Adapula istilah-istilah di luar bidang kesehatan yang juga marak digunakan dalam domain kesehatan karena ‘dihubungkan’ dengan pandemi seperti ‘protokol’ dan ‘klaster.’ Kata-kata ini terlihat sangat cair selama pandemic karena dapat melintasi medan makna sejatinya.
Masalah abadi yang selalu dihadapi para pekamus KBBI adalah memutuskan apakah istilah-istilah tersebut memiliki daya tahan yang cukup untuk diabadikan dalam KBBI. Pandemi COVID-19 telah menghasilkan banyak istilah baru yang kebanyakan merupakan campuran dari kata-kata lain. Sayangnya, banyak di antara istilah-istilah tersebut ‘tidak diyakini’ dapat bertahan lama digunakan masyarakat. Dengan demikian, instrument yang dapat memprediksi daya hidup istilah-istilah sepertinya menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti.
Pembaruan istilah seputar virus Corona memberi kita gambaran sekilas tentang bagaimana bahasa Indonesia dapat berubah dengan cepat dalam menghadapi gangguan multisektoral akibat pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Salah satu yang nampak terlihat adalah dibawanya istilah-istilah medis yang biasanya hanya muncul di sekitar sentra-sentra kesehatan masyarakat seperti rumah sakit, klinik dokter, dan puskesmas, ke garis depan percakapan sehari-hari. Istilah-istilah yang dulunya asing dan ‘keren’ tersebut, kini menjadi istilah ‘rumahan’ atau ‘pasaran’ karena siapapun dapat menggunakannya di masa pandemi.
Dilain pihak, perilaku masyarakat Indonesia juga terlihat mengalami pergeseran karena kemunculan istilah-istilah tersebut. Masyarakat yang dulunya tidak terlalu familiar dengan konsep-konsep kesehatan, akibat dari adanya bombardir informasi yang berhubungan dengan cara hidup higienis, seperti ‘gerakan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi) akhirnya menjadi terbuka wawasannya untuk berperilaku hidup sehat, Mereka juga yang biasanya hanya familiar dengan obat-obat yang biasa dijual bebas di toko obat, ketika pandemi tiba, tiba-tiba menjadi ‘melek obat’ dan sangat familiar terhadap obat-obat seperti Hydroxychloroquine (obat untuk Malaria), deksametason, kortikosteroid karena diberitakan media serta dianggap sebagai obat-obatan yang manjur untuk menurunkan angka kematian COVID-19. Bahkan berbagai merk dari suplemen kesehatanpun akhirnya mendarah daging dalam kehidupan mereka. Pada akhirnya, tidak dapat disangkal, ‘wajah’ masyarakat Indonesia serta bahasa Indonesia menjadi berubah akibat pandemi ini.
Sumber:
- https://binus.ac.id/malang/2020/07/pandemi-koronavirus-memperkaya-khazanah-istilah-dan-kosakata-bahasa-indonesia/
- https://www.beritasatu.com/nasional/710739/pandemi-kata-terpopuler-2020
- https://edukasi.kompas.com/read/2021/03/02/135324171/setahun-pandemi-corona-istilah-seputar-covid-19-pun-tercipta?page=all.