PERLUASAN KOSAKATA SEBAGAI BEKAL MENULIS KARYA SASTRA

Sumber: Gorys Keraff

Perluasan Kosakata

Kosakata harus terus diperbanyak dan diperluas. Hal ini terutama agar mempermudah dalam komunikasi dnegan anggota masyarakat yang lain. Pertama-tama sesuai dengan tuntutan usia yang semakin dewasa yang ingin mengetahui semua hal, kedua sesuai dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat selalu menciptakan kata-kata baru.
Tingkatan Perluasan Kosakata

Masa kanak

Perluasan kosakata pada anak-anak lebih ditekankan kepada kosakata, khususnya kesanggupan untuk nominasi gagasan-gagasan yang konkret. Anak-anak hanya memerlukan istilah untuk menyebutkan kata-kata secara lepas.

Masa Remaja

Pada anak mulai menginjak bangku sekolah, proses tadi masih berjalan terus ditambah dengan proses yang sengaja diadakan untuk menguasai bahasanya dan memperluas kosakatanya. Proses yang sengaja diadakan ini adlah proses belajar, baik melalui pelajaran bahasa maupun melalui mata pelajaran lain.

Masa Dewasa

Seseorang yang meningkat dewasa, kedua proses tadi berjalan terus. Proses perluasan berjalan lebih intensif karena karena sebagai seseorang yang dianggap matang dalam masyarakat, ia harus mengetahui berbagai hal, bermacam-macam keahlian dan ketrampilan, dan harus pula berkomunikasi dengan anggota masyarakat nya mengenai semua hal.

Cara Memperluas Kosakata

Cara memperluas kosakata seseorang antara lain dapat dikemukakan: melalui proses belajar, melalui konteks, melalui kamus, kamus sinonim dan tesaurus, dan dengan menganalisis kata.

Proses belajar
Perluasan kosakata memlalui proses dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan. Peranan yang aktif adalah pendidiknya. Para pendidik melalui pelajaran bahasa  dan mata pelajaran lain memperkenalkan bermacam-macam istilah yang baru.

Konteks
Konteks adalah lingkungan yang dimasuki sebuah kata. Dalam banyak hal kosakat diperluas melalui sebuah konteks, baik lisan maupun tertulis. Pengertian kata yang diperoleh dengan cara ini tergantung dari ketajaman orang yang mengamati teks itu. Konteks dapat membuat perbedaan pengertian yang sangat menyolok. Bahkan kombinasi yang sama dari kata-kata dapat menghasilkan makna yang sangat berbeda dalam lingkungan kontekstul yang berlainan.

Kamus, kamus sinonim dan tesaurus
Dari ketiganya, kamus, yang sudah diuraikan dalam BAB II, memegang peranan yang sangat penting. Bila kita berjumpa dengan sebuah kata baru, atau sebuah kata lama dalam sebuah konteks baru, maka kamus sudah siap untuk membenarkan atau memperbaiki dugaan kita tersebut. Kamus menyuguhkan sebuah daftar kata, masing-masing dengan batasan pengertian yang sedang berlaku atau yang tidak berlaku lagi, pengertian yang umum dan khusus, bentuk turuanannya, memberi sugesti bagaimana hubungannya dengan sebuah kalimat, dan seting pula mencantumkan konotasinya.

Kamus sinonim bermanfaat bagi sebuah pelengkap bagi kamus biasa. Nilainya terletak dalam usahanya untuk membedakan konotasi-konotasi, yaitu sugesti-sugesti yang ditimbulkan oleh kata-kata yang tampaknya mempunyai arti yang sama, tetapi tidak dapat saling melengkapi. Misalnya: buku-kitab, cepat-lekas-segera, kikir-pelit, dan sebagainya. Juga ia berguna sebagai penemu kata, mengingatkan kita kepada sebuah kata yang diketahui tetapi tidak dapat dingatkan segera pada saat itu.

Tesaurus adalah sebuah khasanah kata untuk keperluan sendiri. Buku ini disusun menurut sebuah sistem tertentu, terdiri dari gagasan-gagasan yang mempunyai pertalian timbal-balik, sehingga setiap pemakai dapat memilih istilah atau kata yang ada di dalamnya.
Orang yang pertama kali menyusun tesaurus adalah Peter Mark Roget, seorang ahli fisika bangsa Inggris (1777-1869). Sebagai kegemaran ia membuat daftar kata-kata dan mengadakan pengelompokan-pengelompokan berdasarkan hubungan antara kata-kata tersebut. Ada kata yang mempunyai hubungan karena sinonim, misalnya: illegal dan unlawful; ada pula yang mempunyai hubungan antonim, misalnya: peaceful dan warlike; ada pula kata yang dianggap berhubungan karena yang satu mengingatkan yang lain: father dan mother. Dalam usahanya it. Roget mengadakan bermacam-macam kategori pertalian itu. Bukunya yang pertama mengenai hal itu diterbitkan tahun 1852, seta dicebutnya Thesaurus atau khasanah kata.

Bila ingin mempergunakan sebuah tesaurus, maka perlu diperhatikan dua hal berikut:
Pertama: kata-kata baru yang hendak dipakai harus dipilih berdasarkan kegunaannya, bukan berdasarkan sifat mengharukan atau menarik. Karena tujuan memperluas kemampuan bahasa adalah untuk berkomunikasi, dan komunikasi tidak bertujuan mempergunakan kata-kata yang hebat dan mengagumkan.

Kedua: kata yang dipilih harus cocok dengan konteks yang akan dipergunakan. Lebih baik jangan mempergunakan kata-kata baru yang belum diketahui, daripada memaksakannya sehingga kata tadi terjalin dalam sebuah konteks yang salah.

Menganalisis kata
Salah satu cara lain untuk memperluas perbendaharaan kata adalah menganalisis sebuah kata. Pada waktu membicarakan persoalan etimologi kata, telah disinggung pula persoalan analisis kata itu. Namun yang khusus akan dibicarakan di sini adalah analisis terhadap bagian-bagian kata yang selalu muncul dalam bentuk-bentuk gabungan, sehingga dengan mengingat dasar katanya, maka semua kata yang mempergunakan dasar tadi, dapat diduga maknanya secara tepat. Bagian-bagian kata yang selalu muncul dalam bentuk gabungan itu dapat berupa akar kata, dapat pula berbentuk imbuhan-imbuhan.

Bahasa Indonesia mengenal pula konsep akar kata. Namun konsep akar kata dalam bahasa Indonesia agak berbeda bila dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain seperti Sansekerta, Latin, dan Yunani. Akar kata dalam bahasa Indonesia merupakan hasil sebuah analisis hipotesis, karena tidak produktif lagi. Misalnya ada akar kata kit yang diperkirakan berarti ”naik”, misalnya rakit, sakit, ungkit, bangkit, dan sebagainya. Dari akar kata lut terciptalah kata-kata: gelut, salut, balut, kalut, dan lain sebagainya. Namun akar-akar kata itu tidak dapat dipakai seenaknya untuk membentuk kata-kata baru, seperti halnya dengan bahasa Sansekerta, Arab, Latin, dan yunani. Akar kata dalam bahasa-bahasa itu masih aktif dan produktif dalam pembentukan kata-kata baru.

Mengaktifkan Kosakata
Kata aktif dan pasif
Kosakata adalah seseorang adalah keseluruhan kata yang berada dalam ingatan seseorang yang segera akan menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca. Reaksi bahasa adalah mengenal bentuk bahasa itu dengan segala konsekuensinya, yaitu memahami maknanya, melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan amanat kata itu. Ada kata yang lebih cepat menimbulkan reaksi, ada yang lebih lambat sesuai dengan tingkat keintiman kosakata tersebut. Ada kata yang jarang dipergunakan, ada yang sering dipergunakan, malahan ada kata yang tidak pernah dipergunakan. Tetapi semua kata itu dikenal dan diketahui oleh orang tadi. Hal ini menimbulkan pengertian baru dalam bahasa: penguasaan bahasa secara aktif, dan penguasaan bahasa secara pasif. Penguasaan bahasa secara aktif atau pasif itu diukur berdasarkan kata-kata aktif dan kata-kata pasif yang dimiliki seseorang.

Cara mengaktifkan kosakata
(i)  Di Luar Kemauan Seseorang
Di luar dunia pendidikan, proses pengaktifan kosakata dapat juga dilakukan di luar kemauan seseorang. Seseorang yang secara terus-menerus membaca atau mendengar sebuah kata atau istilah dalam surat kabar, majalah atau melalui televisi, radio, dan pidato-pidato akan mudah mengingat kata-kata itu. Maknanya dicoba diturunkan dari konteksnya, sehingga dengan membaca atau mendengar secara terus-menerus tadi, kata itu menjadi hidup dan dapat digunakannya dengan cepat dan lancar.

(ii)  Dengan Kemauan Seseorang
Beberapa metode dapat dikembangkan melalui cara yang kedua ini.
(a)    Lebih Sering Mempergunakan Kata Tertentu
Cara yang pertama mengaktifkan kosakata dengan kemauan seseorang adalah dengan sengaja lebih sering mempergunakan sebuah bentuk yang baru didengar atau dibaca.

Sesudah mendapat kepastian tentang makna, lingkungan (konteks) dan kemungkinan-kemungkinan bentuk yang dapat diambil sebuah kata, harus diusahakan agar kata itu sering dipergunakan baik dalam tutur maupun dalam tulisan-tulisan. Pada waktu memeriksa kembali atau merevisi sebuah tulisan, penulis harus berani menggantikan kata-kata yang dianggapnya kurang tepat dengan kata-kata yang lebih tepat, khususnya kata-kata yang baru dijumpainya itu.

Munculnya sebuah kata dalam sebuah konteks haruslah merupakan suatu peristiwa yang khas. Peristiwa yang khas di sini sama pengertiannya dengan kesempatan sebagai yang telah disinggung di atas.

(b)   Mempertajam Pengertian Kata
Kesanggupan untuk membedakan nuansa arti dan nilai rasa yang dikandung oleh kata-kata tersebut, memungkinkan kita untuk menempatkan kata-kata itu di dalam konteks yang tepat dan sesuai. Alat yang dipergunakan untuk menerapkan metode ini adalah mempergunakan kamus sinonim atau tesaurus (kalau ada) dan dengan bantuan sebuah kamus umum.

(c)    Menertibkan Pemakaian Kata yang Khas
Metode yang ketiga adalah menertibkan diri sendiri untuk mencari kata-kata yang khas, bila menulis atau membicarakan sesuatu yang khusus.

Seperti halnya dengan metode yang kedua, maka metode yang terakhir ini akan sangat dibantu oleh sebuah tesaurus. Para pengarang sangat memerlukan buku ini agar kata-katanya lebih bervariasi, begitu juga agar lebih teliti ia memilih istilah yang akan dipergunakannya. Tesaurus memungkinkan seseorang untuk memperkaya dan memperbesar jumlah kata-kata yang aktif. Mungkin masih jauh waktunya bahasa Indonesia memiliki sebuah tesaurus, atau sebuah khasanah kata. Dalam beberapa hal tertentu kamus umum masih dapat menolong.

  6 comments for “PERLUASAN KOSAKATA SEBAGAI BEKAL MENULIS KARYA SASTRA

  1. Rama
    Maret 2, 2011 pukul 5:29 pm

    bagaimana menggunakan bahasa sastra yang professional dan indah di mengerti orang secra publik???

  2. David
    Maret 9, 2011 pukul 10:28 pm

    maaf saya mau tanya tetang pembelajaran bahasa, kalau saya punya kata”meja”, terus saya kembangkan “sebuah meja”, kemudian saya kembangkan lagi “saya mempunyai sebuah meja”, itu termasuk dalam metode apa ya?
    trimakasih..^^

    • Maret 15, 2011 pukul 2:57 am

      metode apa ya? mungkin metode ekspansi sepertinya? tapi metode ekspansi biasanya dilakukan untuk mengetes sebuah kalimat apakah hubungan antarkonstituennya beku (konstituennya tegar) ataukah tidak….kalau boleh tahu…pengembangan itu untuk apa ya? apakah untuk membuktikan bahwa kalimat buatan manusia yang menggunakan kata itu adalah takterbatas?

  3. Erna Nur Jannah
    Maret 24, 2014 pukul 7:05 am

    Assalamu’alaikum..maaf saya mau bertanya? apakah anda mempunyai novel.

  4. September 25, 2015 pukul 12:58 pm

    nice info 😉

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: