PENGKAJIAN BAHASA MADURA DAHULU, KINI DAN DI MASA YANG AKAN DATANG

Oleh: Iqbal Nurul Azhar

Telah dipublikasikan dalam prosiding Seminar Internasional Language and Maintenance Shift, 2011. Penerbit Program Master Linguistik, Universitas Diponogoro. ISSN 2088-6799

Abstrak: Although bahasa Madura plays important roles in developing bahasa Indonesia, the efforts to conserve it have not been numerously done. One of the indicators of these “half-hearted” efforts are: (1) the small number of publicized studies of bahasa Madura found in national and university libraries, and (2) the small amount of bahasa Madura scientific publication titles found in national and university libraries. The result of this literature study discovers five interesting facts related to bahasa Madura scientific publications found in four national e-libraries. The facts are: (1) most of the scientific publications focus on the internal aspects of bahasa Madura such as bahasa Madura morphology, phonology, grammar and syntax. Studies on the external aspects of the language such as pragmatics, discourse analysis, and so forth are barely to be found. (2) “deep” scientific publications on bahasa Madura are mostly written by foreigner linguists (nonMadurese and non Indonesian), (3) most of bahasa Madura scientific studies conducted by Indonesian people are done because they are funded by government, (4) the developments of bahasa Madura studies do not have patterns. It results the difficulties to map them into phases, (5) the studies are not influenced by many trends and issues in linguistics.

Keywords: scientific studies, bahasa Madura, across time

A. Pendahuluan

Sebagai sebuah bahasa yang dituturkan oleh penutur dengan jumlah yang besar, bahasa Madura memiliki peranan yang signifikan dalam masyarakat utamanya dalam mempertahankan dan mengembangkan bahasa Indonesia. Setidaknya ada dua peranan besar yang dapat dimainkan bahasa Madura yaitu: eksistensi bahasa Madura adalah pelindung bahasa Indonesia dari serangan bahasa asing, serta bahasa Madura merupakan komponen penyumbang kosakata terhadap bahasa Indonesia,  (Azhar, 2008: 16-19)

Bahasa Madura memiliki peranan vital yaitu sebagai baju pelindung bahasa Indonesia dari serangan bahasa asing. Baju pelindung dalam hal ini didefinisikan sebagai watak masyarakat Madura dalam menjaga dan melindungi apa-apa yang dimilikinya. Jika bahasa Madura mampu bertahan hidup, ini semata-mata karena watak penggunanya yang bertanggungjawab dan berkepribadian baik. Jika masyarakat Madura memiliki watak yang baik, maka mereka tidak akan pernah rela kehilangan bahasa yang telah mereka miliki.

Perasaan tidak rela kehilangan ini akan mereka tunjukkan dengan cara selalu menggunakan bahasa Madura dalam kehidupan sehari-hari mereka, serta selalu berusaha perduli terhadap keberlangsungan bahasa tersebut. Jika masyarakat Madura hanya berdiam diri saja dan tidak mau perduli terhadap keberlangsungan bahasa ibu mereka, maka bahasa Madura akan berada diambang kemusnahan. Jika bahasa ini benar-benar punah, maka bangsa Indonesia dan juga bahasa Indonesia akan rugi besar. Logikanya, jika bahasa Madura punah maka ini jelas menunjukan betapa tidak bertanggungjawabnya masyarakat Madura terhadap budaya, bahasa lokal dan lingkungan mereka sendiri.

Kepribadian buruk ini apabila dipertahankan dan tidak diambil tindakan, akan berimbas pada bahasa Indonesia. Memang, apabila bahasa Madura punah masih akan ada bahasa Indonesia yang akan menggantikan bahasa Madura tersebut. Namun keberadaan bahasa Indonesia inipun juga menjadi tidak terjamin jika penggunanya adalah orang-orang yang tidak mampu menjaga bahasa ibunya dan sengaja membiarkannya punah.

Mempertahankan keberlangsungan hidup bahasa Madura  secara tidak langsung telah mengajarkan kepada masyarakat Madura untuk bertanggungjawab terhadap kondisi sosial masyarakat mereka sendiri. Jika mereka mampu melakukan ini, maka mereka akan mampu pula mempertahankan bahasa Indonesia.

Bahasa Madura memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai Bahasa Sumber Serapan (BSS) bahasa Indonesia. Dalam hal-hal tertentu bahasa Madura lebih kaya dari bahasa Indonesia. Seperti contoh dalam aspek mistik dan supranatural, bahasa Madura memiliki perbendaharaan lebih banyak dari bahasa lain utamanya bahasa Indonesia. Bahasa Madura memiliki lebih dari 7 kata asli Madura untuk merujuk pada sebuah objek yaitu “hantu.” Kosakata seperti Bi ibih, Din dhadin, Li’ balik bukkak, Tang makong, Dano, Tak cetak, Temangmang, adalah kata-kata asli bahasa Madura yang merepresentasikan objek “hantu.”

Dalam konteks agrikultural, bahasa Madura juga lebih kaya dari bahasa Indonesia, Arab maupun bahasa Inggris. Bahasa Madura kaya kosakata dalam menjelaskan tumbuhan kelapa. Ada setidaknya 16 kata digunakan untuk menyebut bagian-bagian dari pohon kelapa seperti Janor, Manggar, Bluluk, Cengker, Ro’ merro’, Beggan, Klareh, Ombu’, Baluggung, Karocok, Lenteh, Ompay, Ramo’, Seppet, Bhetok, Tapes dan Parseh.

Bahasa Madura juga kaya akan kosakata yang mengacu pada nama hewan. Setidaknya ada 14 kosakata yang dimiliki bahasa Madura untuk menamai nama anak hewan seperti Kapendhit (anak gajah), Dil gudhil (anak kerbau), Bellu’ (anak kuda), Cemmeng (anak kucing), Pejji (anak burng dara), Re-merre (Anak itik), Empe’ (anak sapi).  Demikian juga dalam hal yang berhubungan dengan kelautan, bahasa Madura terkenal dengan kosakatanya yang luas seperti tatapan (lantai kapal), solo (mencari ikan di malam hari dengan memakai lampu petromak), polangan (kayu ukuran 8×20 m x lebar perahu yang digunakan sebagai penyekat bagian atas di atas sekaligus sebagai tempat duduk), Senggi’ (makhluk kecil yang biasa ada dipantai), pordo (tulang perahu yang berada pada bagian atas sebagai batas papan), te’ lente’ (as panjang yang ada pada mesin perahu), dan masih banyak lagi.  

Untuk hal-hal yang berbau jorok dan tidak sopan sekalipun, semisal kosakata untuk menyebut jenis kotoran dan membuat kalimat makian, bahasa Madura jauh lebih kaya dari pada bahasa Indonesia. Bahasa Madura mengenal sedikitnya 4 kata untuk menyebut kotoran yaitu clattong (kotoran sapi, kuda, unta dan kerbau) temanco’ (untuk unggas), cerek dan taeh untuk manusia. Bandingkan dengan bahasa Indonesia yang hanya mengenal kata (maaf) tinja untuk merujuk pada semua jenis kotoran. Demikian juga dalam hal makian, bahasa Madura mengenal setidak-tidaknya 34 jenis makian yang berbeda (Damanhuri, 2008).

Sayangnya, meskipun bahasa Madura memegang peranan penting dalam pengembangan bahasa Indonesia, usaha-usaha untuk mempertahankan bahasa daerah tidak banyak terlihat. Ada beberapa hal yang mengindikasikan hal ini, seperti: (1) kurang tertatanya kurikulum dan kegiatan pengajaran muatan lokal bahasa Madura, (2) kurang “greget”nya Pemerintah Daerah di Madura dan daerah-daerah lain yang mayoritas penduduknya Madura untuk melaksanakan kegiatan rutin yang berbau bahasa Madura, serta (3) tidak adanya proses standarisasi di bidang ejaan, istilah-istilah, dan tatabahasa bahasa Madura. Tiga hal yang telah disebutkan di atas menjadi batu sandungan terhadap perkembangan bahasa Madura (Azhar, 2008)

Selain tiga faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat satu faktor lagi yang tidak kalah meresahkannya yaitu tidak banyaknya kegiatan inventarisasi aspek-aspek kebahasaan bahasa Madura dalam bentuk publikasi ilmiah dan pelaksanaan penelitian. Padahal, tanpa adanya publikasi ilmiah dan penelitian, bahasa Madura akan kurang dikenal masyarakat luas. Mundur atau berkembangnya bahasa inipun juga akan sulit untuk diketahui. Faktor keempat inilah yang diangkat untuk didiskusikan pada kertas kerja ini.

Kertas kerja ini secara umum berusaha menggarisbawahi minimnya kegiatan inventarisasi bahasa Madura dengan mengamati penelitian-penelitian dan publikasi ilmiah yang telah dilakukan oleh pemerhati bahasa Madura pada masa lalu hingga saat ini. Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat menyimpulkan sejauh mana proses  inventarisasi ini berjalan. Hal-hal yang belum digali selama proses inventarisasi kebahasaan inilah yang nantinya dapat menjadi rekomendasi tentang kajian-kajian bahasa Madura di masa yang akan datang.

Agar kajian ini menjadi fokus, maka kajian tentang perkembangan pengkajian bahasa Madura dari masa ke masa ini dibimbing oleh dua buah pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan penelitian tersebut adalah: (a) bagaimanakah perkembangan pengkajian bahasa Madura dari masa ke-masa (dahulu hingga ke masa kini), (b) pengkajian bahasa Madura yang bagaimanakah yang perlu dilakukan di masa yang akan datang.

B. Metode Penelitian

Untuk mendapatkah informasi seputar perkembangan pengkajian bahasa Madura ini, maka dilakukanlah sebuah penelitian sederhana berjenis deskriptif kualitatif yang menggunakan metode pustaka sebagai metode untuk mendapatkan datanya. Sumber data adalah beberapa e-perpustakaan (e-library) Nusantara. Karena waktu penelitian terbatas, maka sumber data dipilih dengan menggunakan metode sampling purposif dan didapat empat e-perpustakaan yang dijadikan sebagai sumber data penelitian yaitu: (1) e-perpustakaan nasional, (2) e-perpustakaan Universitas Indonesia, (3) e-perpustakaan Universitas Airlangga, dan (4) e-perpustakaan Universitas Negeri Malang. Adapun yang kemudian menjadi data penelitian adalah publikasi-publikasi (baik buku, laporan penelitian, maupun artikel ilmiah) yang secara khusus mengkaji bahasa Madura. Publikasi yang berisi pengkajian bahasa Madura dibatasi berdasarkan tahun yaitu dari tahun 1874-sekarang (Mei 2011).

C. Temuan Tentang Kuantitas Publikasi Kajian Bahasa Madura

Dari hasil browsing katalog buku pada www.pnri.go.id, sejauh ini dijumpai ada sekitar 126 buah publikasi tentang bahasa Madura menjadi koleksi Perpustakaan Nasional. Perincian jumlah publikasi tersebut adalah sebagai berikut: 10 publikasi tentang bahasa Madura, 3 publikasi tentang Fonologi bahasa Madura, 3 publikasi Morfologi bahasa Madura,  2 publikasi tentang Morfologi dan Sintaksis bahasa Madura, 12 publikasi tentang Penelitian bahasa Madura,  2 publikasi tentang Sintaksis bahasa Madura,  1 publikasi tentang pengucapan bahasa Madura, 4 publikasi tentang pendidikan bahasa Madura, 15 publikasi bahasa Madura dengan tulisan aksara Jawa, 4 publikasi bahasa Madura  dengan tulisan aksara Arab, 8 publikasi bahasa Madura dengan tulisan aksara Latin, 21 publikasi bahasa Madura dengan tulisan aksara Latin dan Jawa, 12 publikasi bahasa Madura dengan tulisan aksara Madura , 6 publikasi berupa kamus bahasa Madura, 1 publikasi tentang semua syair lagu dalam bahasa Madura, dan 22 manuskrip yang berisi catatan kosakata bahasa Madura yang ditulis baik dengan menggunakan bahasa Belanda maupun Jawa

Publikasi-publikasi tentang bahasa Madura yang ada di 3 e-perpustakaan universitas  jumlahnya tidak sebanyak yang ada di e-perpustakaan n asional. Di e-perpustakaan Universitas Negeri Malang dijumpai 5 publikasi, di e-perpusakaan Universitas Airlangga dijumpai 5 publikasi, dan di e-perpustakaan Universitas Indonesia juga dijumpai 5 publikasi.

Ditemukannya 126 buah buku tentang bahasa Madura dalam koleksi e-perpustakaan nasional serta dalam koleksi e-perpustakaan universitas adalah hal yang cukup menggembirakan. Adanya publikasi-publikasi tersebut menunjukkan bahwa bahasa Madura telah diperhatikan oleh masyarakat. Sayangnya, dari publikasi-publikasi yang ditemukan tersebut, ketika  diamati lebih lanjut, hanya berasal dari 25 judul publikasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan meskipun jumlah publikasi-publikasi tersebut cukup banyak, tapi karena beberapa diantaranya berjudul sama dan hanya ditemukan 25 judul publikasi yang berbeda, maka publiksi tentang bahasa Madura tersebut terlihat menjadi sangat sedikit.

Jumlah publikasi yang terdapat pada sumber data penelitan ini apabila ditambah dengan beberapa koleksi publikasi kajian tentang bahasa Madura yang dimiliki peneliti juga tidak menunjukkan jumlah yang signifikan yaitu hanya berjumlah 68 judul saja. Simpulannya, selama kurun waktu hampir 131 tahun (1874-2011), orang-orang yang memberikan perhatian pada bahasa Madura hanya sanggup mempublikasi sebanyak 68 judul publikasi saja baik itu buku, artikel maupun laporan penelitian. Sebuah angka yang sangat sedikit.

Dari 68 judul publikasi, hanya beberapa publikasi yang memang benar-benar layak dikatakan sebagai sebuah karya ilmiah karena menggunakan pijakan teori keilmuan yang jelas. Lebih menyedihkan lagi, kebanyakan dari buku-buku tersebut adalah publikasi lama yaitu antara tahun 1900an-1990an.

Hasil studi literatur peneliti juga menjumpai 3 fakta yang menarik seputar publikasi ilmiah yang ditemukan di sumber data yaitu:  (1) kebanyakan studi bahasa Madura masih berfokus pada empat aspek internal bahasa yaitu morfologi, fonologi, grammar, dan sintaksis, sedangkan kajian tentang aspek eksternal bahasa seperti pragmatik, sosiolinguistik, analisis wacana, dan lainnya masih sedikit, (2) tulisan yang benar-benar “dalam” tentang struktur bahasa Madura lebih banyak dilakukan oleh orang Asing (nonMadura, nonIndonesia),   (3) studi ilmiah oleh orang Indonesia terkait bahasa Madura, kebanyakan dilakukan hanya untuk memenuhi proyek yang ditawarkan pemerintah.

C. Fase-Fase Perkembangan Pengkajian Bahasa Madura

Karya-karya yang muncul dalam cakupan sebuah disiplin ilmu biasanya cenderung berpola. Pola ini kebanyakan disebabkan oleh dua hal yaitu adanya trend yang berkembang dalam ruang lingkup disiplin ilmu tersebut serta isu-isu yang diulas para promotor disiplin ilmu tersebut.

Dalam dunia linguistikpun demikian. Trend dan isu menyebabkan pola-pola kajian/aliran bermunculan, seperti preskriptif-deskriptif, behaviorisme-strukturalisme, diakronis-sinkronis, tradisional-transformasi-tagmemik-sistemik fungsional, dan sebagainya. Uniknya, trend dan isu ini tidak terrefleksi dalam publikasi-publikasi pengkajian bahasa Madura. Hal ini tentu saja membawa konsekuensi yaitu sulitnya bagi kita untuk menemukan babak demi babak kajian bahasa Madura berdasarkan trend dan isunya. Hal-hal yang mungkin kita ketahuipun hanya dapat mencakup tiga hal yaitu: (1) kapan pertama kali kajian tersebut dilakukan, (2) fase-fase perkembangan pengkajian bahasa Madura berdasarkan tahun, serta (3) pada masa yang manakah kajian bahasa Madura sedang marak-maraknya dilakukan.

Berdasarkan pada penelusuran literatur, diketahui fase awal publikasi pengkajian bahasa Madura adalah pada masa 1870an hingga 1910an. Publikasi awal pengkajian bahasa Madura dilakukan oleh Vreede pada tahun 1874-1876 dan 1882-1890. Tidak lama berselang, tepatnya tahun 1880, publikasi keduapun muncul. Publikasi ini dilakukan oleh Elsevier-Stokmans dan Marinissen.

Karya yang paling serius yang dilakukan selama periode penjajahan Belanda ini adalah buku tatabahasa dua volume yaitu pengantar dan studi fonologi Madura serta proses pembentukan kata dan sintaksis bahasa Madura yang dilakukan oleh Kilaan (1897). Pada tahun 1904, Kilaan juga menyusun kamus yang cukup bagus yang berjudul Madoereesch-Nederland Woor-denboek. Kamus lain yang lebih sederhana dari tulisan Kilaan disusun oleh Penninga dan Hendrik yang dipublikasikan pada tahun 1913. Pada tahun 1913, Hendrik sendiri mempublikasikan bukunya yang berjudul “Madoereeshe beknope opgave van de gronden der Madoereesche taal met beschrijving van klankleer en uitspraak.”

Selama periode 1920-an hingga 1950an, tidak banyak publikasi ilmiah tentang bahasa Madura yang dilakukan, dan karenanya fase ini dikenal sebagai “the silent phase” (fase sunyi). Andaikata ada, publikasi tersebut kebanyakan berupa pelajaran-pelajaran praktis bagi pengusaha perkebunan berdarah Belanda, seperti publikasi Sosrodanoekoesoemo (1921), Elsevier-Styockman dan Marinissen (1930), Penninga dan Hendriks (1937), dan Wirjowidjojo (1939). Satu artikel ilmiah yang ditemukan pada masa ini adalah artikel yang dipublikasikan oleh Berg (1941) yang mengupas ejaan dan pelafalan bahasa Madura. Pada masa ini juga, dipublikasikan karya tulis yang menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa pengantarnya. Publikasi ini ditulis oleh Wirjoasmoro (1950, 1952).

Fase ketiga pengkajian bahasa Madura muncul pada dasawarsa 1960an. Pada dasawarsa ini, pengkajian bahasa Madura yang meredup setelah era Kilaan mulai digencarkan kembali seperti yang dilakukan oleh Uhlenbeck (1964), dan Stevens (1968). Nama yang disebutkan terakhir ini memiliki ketertarikan yang luar biasa pada bahasa Madura sehingga mempublikasikan kajiannya sebanyak lima kali (1965, 1966, 1968, 1985, 1991). Dua tokoh di atas dapat diibaratkan sebagai inspirator pengkajian bahasa Madura secara teoretis setelah era Kilaan, karena pada fase selanjutnya (1970 dan sesudahnya), pengkajian bahasa Madura menjadi kembali marak dilaksanakan.

Fase keempat muncul pada tahun 1970-1980an. Pada fase ini, trend kajian mulai dapat dilihat, yaitu pada seputar dwitopik: fonetik-fonologi serta reduplikasi. Publikasi dengan topik fonetik-fonologi  dilakukan oleh Trigo (1987, 1989) serta Budi (1989). Publikasi dengan topik reduplikasi dilakukan oleh Marantz (1982), Stevens (1985), McCarthy dan Prince (1986), Weeda (1987), Moehnilabib (1979) dan Pratista (1984).

Pada fase ini juga, penelitian bahasa Madura dalam konteks pendidikan, tatabahasa, morfologi, serta sedikit bagian dari dialektologi pun telah mulai dilakukan seperti yang dilakukan oleh Huda, N, Saliwangi, dan Taryono (1981), Soegianto (1981) (pendidikan), Aminuddin, A, Sadtono N, & Widodo (1984) (tatabahasa), serta Zainudin (1978), dan Saksomo (1985) (morfologi). Adapun kajian bahasa Madura dengan mengangkat dialektologi sebagai ranah kajiannya dilakukan oleh Sugianto, dkk (1981/1982).

Fase keempat muncul pada tahun 1990an-sekarang. Pada bagian ini, kecendrungan pengkajian bahasa Madura mulai berubah dari yang semula deskriptif struktural dan kebanyakan berfokus pada aspek-aspek linguistik internal seperti leksikografi, tatabahasa, fonologi, morfologi serta sintaksis, menjadi semakin bervariasi dan berfokus tidak hanya pada aspek internal saja, tapi juga pada aspek eksternal bahasa Madura seperti sosiolinguistik, pengajaran, serta komparatif linguistik baik itu yang sinkronik maupun diakronik. Meskipun mulai bervariasi, namun publikasi-publikasi yang muncul masih tetap tidak sebanding dengan lamanya usia pengkajian bahasa Madura yang hampir 131 tahun.  Ilmu linguistik telah berkembang dengan pesat dan bidang kajian baru pun mulai banyak bermunculan, sedang pengkajian bahasa Madura, sayangnya, masih terbatas hanya pada ranah-ranah dasar dari ilmu linguistik.

Pada periode keempat ini, beberapa publikasi kajian internal bahasa Madura seperti leksikografi, tatabahasa, fonologi, morfologi serta sintaksis masih dapat ditemukan. Kajian leksikografi dilakukan oleh Parwira (2009) dan tim pakem maddhu (2007). Kajian tatabahasa dilakukan oleh Sofyan, dkk (2008) dan Davies (2010). Kajian fonologi-fonetik dilakukan oleh  Anderson (1991), Budhiwiyanto (2010), Chon (1991, 1993), Cohn & Ham (1998), Cohn & Loockwood (1994), Davies (2000, 2001, 2003, 2005). Kajian morfologi dilakukan oleh Davies (1999 & 2003). Kajian sintaksis dilakukan oleh Asrumi (1992), sugianto (1994), dan wibisono (2001). Pada periode ini, William D. Davies, memberikan banyak kontribusi terhadap publikasi kajian internal bahasa Madua.

Selain publikasi kajian internal bahasa Madura, beberapa publikasi kajian eksternal seperti sosiolinguistik, pendidikan dan komparatif linguistik juga ditemukan. Kajian sosiolingistik dilakukan oleh Asrumi (1993), Azhar (2006, 2008, 2008, 2009, 2009, dan 2010), Damanhuri (2008), Jupriono (2010), Kusnadi (2008), Rifai (2009), Saddhono (2006), Sofyan (1992&2008) dan Wibisono 2007. Kajian komparatif linguistik dilakukan oleh Azhar (2010) dan Kusuma (1992), dan kajian pendidikan dilakukan oleh Ardiana (1993).

E. Proyeksi Pengkajian Bahasa Madura Di Masa Depan.

Bagian temuan dan pembahasan di atas menunjukkan pada kita bahwa pengkajian bahasa Madura meskipun telah dimulai selama kurang lebih 131 tahun, masih kurang menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hasil yang kurang menggembirakan ini ditunjukkan melalui kuantitas judul penelitian yang tidak banyak serta cakupan bidang kajiannya yang masih menyentuh aspek-aspek umum linguistik seperti leksikografi, tatabahasa, fonetik-fonologi, morfologi, sintaksis, sosiolinguistik, pendidikan bahasa, dan sebagian kecil dari linguistik komparatif. Ranah-ranah kajian yang menyentuh aspek-aspek umum linguistik seperti semantik masih belum marak dilakukan. Demikian juga ranah kajian eksternal seperti analisis wacana, pragmatik, stilistika, psikolinguistik, komparatif linguistik seperti linguistik historis komparatif dan anaknya yaitu dialektologi masih belum banyak nampak.

Bidang-bidang kajian yang kosong di atas diharapkan sesegera mungkin diisi dengan publikasi sebanyak-banyaknya yang ditulis oleh para linguis dan pemerhati bahasa Madura. Publikasi ini sangat penting mengingat publikasi-publikasi tersebut sedang berpacu dengan waktu. Meskipun bahasa Madura dituturkan oleh banyak penutur, namun kita tidak dapat menutup-nutupi akan hadirnya keresahan pada hati banyak pemerhati bahasa Madura. Keresahan ini muncul akibat seringnya pemerhati bahasa Madura tersebut menjumpai fakta bahwa remaja Madura masa kini cenderung meninggalkan bahasa ibu mereka. Trend ini dikhawatirkan dapat memicu atau bahkan mempercepat proses punahnya bahasa Madura. Tanpa adanya kegiatan konservasi yang marak yang salah satunya dengan cara publikasi ilmiah kajian bahasa Madura, bahasa Madura suatu ketika hanya akan tinggal nama.

Selain kajian-kajian eksternal di atas, kajian terhadap perencanaan status dan perencanaan korpus bahasa Madura beserta penerapannya sepertinya juga perlu dipertimbangkan untuk dilakukan dalam jangka waktu dekat. Perencanaan status adalah perencanaan pemberian kedudukan yang jelas kepada bahasa Madura, yaitu sebagai bahasa lokal yang dijamin proses konservasinya oleh negara. Tindakan pemberian kedudukan yang jelas ini juga menyangkut bagaimana peran pemerintah daerah, bagaimana payung hukumnya, bagaimana pelaksanaan teknisnya yang terkait dengan penguasaan dasar pemakaian, penyebaran pemakaian, pemupukan sikap pemakai, dan deskripsi bahasa tersebut. Perencanaan korpus di lain pihak adalah usaha perencanaan berupa kodifikasi bahasa Madura dalam rangka penyempurnaan bahasa Madura tersebut sehingga bisa dipakai secara mantap baik secara lisan maupun tulis. Aspek-aspek yang dirancang adalah abjad, ejaan, lisan, tulis, kosakata, istilah, kamus, buku teks, laras, sastra, dan bahan pengajaran bahasa di lembaga-lembaga pendidikan. Dua perencanaan ini apabila dapat dilakukan diyakini tidak hanya dapat memperlambat proses punahnya bahasa Madura, bahkan mungkin dapat mengembangkan bahasa Madura menjadi bahasa yang besar dan diperhitungkan di Indonesia.

F. Simpulan

Berdasarkan pada paparan di atas, kita dapat menyimpulkan meskipun bahasa Madura memegang peranan penting dalam pengembangan bahasa Indonesia, namun sayangnya, berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan oleh peneliti di beberapa e-perpustakaan yang ada di Indonesia, terlihat jelas bahwa usaha-usaha untuk menginventarisasi aspek-aspek kebahasaan bahasa Madura dalam bentuk publikasi ilmiah dan pelaksanaan penelitian masih belum banyak dilakukan. Ini dapat dilihat dari dua hal yaitu: (1) sedikitnya jumlah buku/publikasi ilmiah tentang bahasa Madura yang ada di masyarakat, dan (2) minimnya jumlah judul publikasi ilmiah yang ada di perpustakaan nasional maupun universitas.

Hasil studi literatur peneliti juga menjumpai lima fakta yang menarik seputar studi/publikasi ilmiah yang ditemukan di beberapa perpustakaan di Indonesia yaitu:

  1. kebanyakan studi bahasa Madura masih berfokus pada empat aspek internal bahasa yaitu morfologi, fonologi, grammar, dan sintaksis. Kajian tentang aspek eksternal bahasa seperti pragmatik, sosiolinguistik, analisis wacana, dan lainnya masih sedikit;
  2. tulisan yang benar-benar “dalam” tentang struktur bahasa Madura lebih banyak dilakukan oleh orang Asing (nonMadura, nonIndonesia);
  3. studi ilmiah oleh orang Indonesia terkait bahasa Madura, kebanyakan dilakukan hanya untuk memenuhi proyek yang ditawarkan pemerintah (tidak mandiri);
  4. perkembangan studi bahasa Madura ini tidak memiliki pola yang jelas sehingga sulit untuk dipetakan menjadi beberapa fase;
  5. studi/publikasi ilmiah tersebut tidak terpengaruh oleh adanya trend dan isu yang ada dalam dunia linguistik.

Referensi

Ardiana, L. I. 1993. Sikap motivasi dan pemerolehan bahasa Indonesia siswa kelas VI sekolah dasar yang berlatar eka bahasa Jawa, eka bahasa Madura, Dwi bahasa Jawa – Madura dan Dwi bahasa Madura – Jawa di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.  Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Malang). Program Pascasarjana

Asrumi. 1993. Bentuk-bentuk sapaan bahasa Madura di Jember [bentuk mikro]: laporan penelitian. Pusat Penelitian Universitas Jember

Asrumi. 1992. Tinjauan fungsi dan kategori kata ganti orang bahasa Madura: laporan penelitian, Universitas Jember. Pusat Penelitian

Aminudin, A, Ny. Sadtono, E & Widodo, H.S. 1984. Kata tugas bahasa Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anderson, S. 1991. Vowel-consonant interaction In Madurese. Coyote Papers, Arizona Phonology Conference vol 4 (J. Ann and K.Yoshimura, editors): 1-15

Azhar, Iqbal. N. 2008. Ketika bahasa madura tidak lagi bersahabat dengan kertas dan tinta dalam bahasa dan sastra dalam berbagai perspektif. Yogyakarta: Tiara Wacana. Pp.16-18

Azhar, Iqbal N. 2009. ”Penyerapan Kosakata Bahasa Madura Sebagai Strategi Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Indonesia” dalam Proceeding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra dalam Konteks Kearifan Lokal. Surabaya: Kanzun

Azhar, Iqbal. N. 2008. Ketika Bahasa Madura Tidak Lagi Bersahabat dengan Kertas dan Tinta dalam Proceeding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif:. Hal: 9. Yogyakarta: Tiara wacana

Azhar, Iqbal. N. 2006. “Why Is It Difficult To Clip Madurese Words In Sms?” dalam Prosodi, Vol.1, No.1. Universitas Trunojoyo.

Azhar, Iqbal. N. 2009 “Factors that Contribute Code Shifting in Madurese People Writing (An Ethnolinguistics Study Viewed From Sociolinguistics Perspective” dalam  Bahasa dan Seni Tahun 37, No 2, Augustus. University Negeri Malang

Azhar, Iqbal. N. 2010 “Setting-Setting Diglosia dan Strategi Menghadapinya (Studi Terhadap Pemertahanan Bahasa Ibu oleh Mahasiswa Madura” dalam prosiding Seminar Internasional Menyelamatkan Bahasa Ibu Sebagai Kekayaan Budaya Nasional. Balai Bahasa Bandung dan Alqa Print.

Azhar, Iqbal. N. 2010. “Jejak Proto Bahasa Austronesia pada Bahasa Madura: Kajian Bandingan Historis Terhadap Retensi dan Inovasi Fonem Protobahasa Austronesia pada Bahasa Madura“ dalam Metalingua, Vol.8, No.1, Balai Bahasa Bandung.

Berg, C.C. 1941. Beschouwigen Over de Grondslagen der Spelling. KITLV 81.96-174

Budhiwiyanto, Adi. 2010. Intonasi Kalimat Tanya Bahasa Madura Dialek Sumenep. dalam prosiding Seminar Internasional Menyelamatkan Bahasa Ibu Sebagai Kekayaan Budaya Nasional. Balai Bahasa Bandung dan Alqa Print.

Budi, Santiko. 1989. Fonologi Bahasa Madura. Proyek Penelitian Bahasa Indonesia dan Daerah Jawa Timar

Cohn, A. 1991. Voicing and Vowel Height in Madurese, A Preeliminary Report. Paper presented at 6ICAL, Honolulu Hawaii

Cohn. A. 1993. Consonant-Vowel Interaction in Madurese: The feature Lowered Larynx. CLS 29

Cohn, A. and Ham, W. 1998. Temporal Properties of Madurese Consonants: A Preliminary Report. Working papers of the cornell phonetics laboratory 12, 27-52.

Cohn, A. and Lockwood, C. 1994. A Phonetic Description of Madurese and Its Phonological Consequences. Working papers of the cornell phonetics laboratory 9, 67-92.

Damanhuri, Adam. 2008. Makian dalam bahasa madura. Makalah dipresentasikan dalam kongres i bahasa madura 15-19 desember 2008.

Davies, W. 2000. Against Long Movement in Madurese. In proceedings of AFLA 7. Amsterdam: Vrije Universiteit Amsterdam, Department Of Linguistics.

Davies, W. 2001. Against Raising in Madurese (and Other Javanic Languages). Papers from the 36th regional meeting of the chicago linguistic society, 57±69. Chicago: Chicago Linguistic Society.

Davies, William D. 2003.  Madurese Prolepsis and Its Implications for A Typology of Raising. University of Iowa. department of linguistics

Davies, William D. 1999. Madurese and Javanese as Strict Word-Order Languages. Oceanic linguistics 38.152–67.

Davies, William D. 2005. The Richness of Madurese Voice: Aspects of Austronesian voice systems, ed: I Wayan Arka and Malcolm Ross, 193–216. Canberra: Pacific Linguistics.

Davies, William D. 2003. Extreme locality in madurese wh-questions. Syntax 6:3, december, 237±259

Davies, William D. 2010. A grammar of Madurese. Berlin/New York Walter de Gruyter GmbH & Co.

Elsevier-Stockmans W.J & J.C.P Marinissen. 1880, 1898, 1912, 1930. Handling met woordenboek tot de beofening der Madoereesche taal. Soerabaja-Goes

http://opac.library.um.ac.id. Diakses 18 Mei 2011 pukul 20.30 WIB

http://www.digilib.ui.ac.id. Diakses 18 Mei 2011 pukul 20.30 WIB

http://www.lib.unair.ac.id. Diakses 18 Mei 2011 pukul 20.30 WIB

http://www.pnri.go.id. Diakses. 18 Mei 2011 pukul 20.30 WIB

Hendriks, H. 1913. Madoereeshe Beknope Opgave van de Gronden der Madoereesche Taal Met Beschrijving van Klankleer en Uitspraak. Hilversum

Huda, Nuril, Saliwangi, Basennang & Taryono, A.R. 1981. Interferensi gramatikal bahasa Madura terhadap bahasa Indonesia tulis murid kelas VI Sekolah Dasar Jawa Timur.  Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Jupriono, D. 2010. Lelucon Etnis Madura dalam Perspektif Multikulturalisme. dalam Proceeding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra dalamPerspektif Mutikultural. Surabaya: Lima-lima Jaya

Kilaan, H.N. 1904, 1905.  Madoereesch-Nederland Woor-denboek. Leiden, Brill

Kilaan, H.N. 1987. Madoeresche Spraakkunst: I Inleiding en Klankleer and II Wordleer en Syntaxis. Batavia: Landsdrukkerij

Kusnadi. 2008. Strategi Pelestarian dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Madura. Makalah Dipresentasikan dalam Kongres I Bahasa Madura 15-19 Desember 2008

Kusuma, A. 1992. Studi Komparatif Antara Bunyi Bahasa-Bahasa Inggris dan Bahasa Madura : laporan penelitian.  Jember : Universitas Jember, Pusat Penelitian

McCarthy, J & Prince, A. 1986. Prosodic Morphology. Ms. U. Mass. Amherst

Moehnilabib, M. Et. Al. 1979. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Madura. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa/Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Pawitra, Adrian. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Madura-Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Penninga, A and H. Hendriks. 1913. Practisch Madoerees-Nederlands Woordenboek (two volumes). Den Haag and 2nd. 1937. Hague-Semarang

Penninga, P en Hendriks. H 1937, 2nd ed.1942. Practisce Handleiding voor Het Aanleeren der Madoereesche Taal. Semarang

Pratista, M. H. Et. Al. 1984. Sistem Perulangan Bahasa Madura. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa/Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Rifai, Mien. A. 2009. Pencedikiaan Bahasa Madura: Kiat Pengembangan Bahasa Madura dalam Menghadapi Tantangan Era Transformasi dan Globalisasi: dalam Medan Bahasa Volume 4 Nomor 1, Juli. Balai Bahasa Surabaya

Saddhono, Kundharu. 2006. Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: Kajian Sosiolinguistik di Kota Surakarta. Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18, No. 34, 2006: 1-15

Saksomo, Dwi [et al.]. 1985. Sistem derivasi dan infleksi bahasa Madura. Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur

Sofyan, A. Dkk. 2008. Tata Bahasa Madura. Sidoarjo: Balai Bahasa Surabaya

Sofyan, A. 2008. Variasi, keunikan dan Penggunaan Bahasa Madura. Sidoarjo: Balai Bahasa Surabaya

Sosrodanoekoesoemoo, R 1921. De Madoereesche taal en letterkunde: Handelingeen van Eerste Congres voor de taal-, Land- en Volkenkunde van Java. Solo 25-26 Dec. 1919, Weltervreden

Stevens,  A. 1985. Reduplication in Madurese. In Choi, et el. (eds) Proceedings of ESCOL. 1985. 232-43, Ohio State University

Stevens, A. 1991. Madurese Reduplication Revisited: “Workshop on Madurese Culture and Society: Continuity and Change, Leiden, The Netherlands, October 7-11, 1991

Stevens, Alan, M. 1965. Language Levels in Madurese in Language, Vol. 41, no. 2 (Apr. – Jun.), pp. 294-302. Linguistic Society of America

Stevens, Alan. 1966. The Madurese Reflexes of Proto-Malayo Polynesian. Journal of The American Oriental Society. 86, 147-56.

Stevens, A.M. 1968. Madurese Phonology and Morphology, American Oriental Society Series Vol. 52 , New Haven, Connecticut

Stevens, Alan Mark, 1935-1965. Madurese phonology and morphology. Yale University. Ann Arbor, MI : UMI

Sofyan, Akhmad. 1992. Interferensi leksikal bahasa Indonesia terhadap bahasa Madura : laporan penelitian. Universitas Jember, Pusat Penelitian

Soegianto [et al]. 1981. Kemampuan berbahasa Madura murid kelas VI SD Madura : mendengarkan dan berbicara. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sugianto. 1983. Kaitan Penggunaan Unda untuk Bahasa Madura dengan Kelestarian Budaya Bangsa Suku Madura.  Jember : Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sugianto dkk. 1981/1982. Pemetaan Bahasa Madura di Pulau Madura. Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jawa Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propensi Jawa Timar

Sugianto. 1994. Sintaksis Bahasa Madura Dialek Kangen : laporan penelitian. Jember : Universitas Jember, Pusat Penelitian

Tim pakem maddhu. 2007. Kamus bahasa madura: madura-indonesia. Pamekasan: Pemkab Pamekasan

Uhlenbeck, E.M. 1964. A Critical Survey of Studies on Languages of Java and Madura. s-Gravenhage: Martinus Nijhoff

Vreede, A (1874 1876: 2nd ed. 1882-90). Handleiding tot de Beoefening der Madoereeshe Taal. Leiden.

Weeda, R. 1987. Formal Properties of Madurese Final Syllable Reduplication. Paper Presented at the CLS Parasession on Autosegmental and Metrical Phonology

Wibisono, Bambang. 2007. Varian Bahasa Orang Madura di Jember dalam Komunikasi Lisan Tidak Resmi. Bahasa dan Seni, Tahun 35, Nomor 2, Agustus

Wibisono dkk. 2001. Penggunaan kalimat negatif dalam bahasa madura. Jakarta: pusat bahasa departemen pendidikan nasional

Wirjoasmoro, M. 1950. Paramasastra Madura, Yogyakarta

Wirjoasmoro M & M.S. Tronodjojo. 1952. Basa Madura Umum. Yogyakarta

Wirjowidjojo, M.S. 1939. Spraakkunst en Taaleigen van Het Madoereesch, Semarang

Zainudin, Sodaqoh. 1978. Bahasa Madura. Jakarta: pusat pembinaan dan pengembangan bahasa departemen pendidikan dan kebudayaan.


[1] Dosen FISIB Universitas Negeri Trunojoyo

  3 comments for “PENGKAJIAN BAHASA MADURA DAHULU, KINI DAN DI MASA YANG AKAN DATANG

  1. sobiyin
    Maret 15, 2013 pukul 2:28 pm

    Mas, menarik sekali tulisan tentang budaya Madura termasuk bahasa yang anda tulis tsb, sayatertarik dan kini lg penelitian ttg budaya orang Madura , minta info buku2 ttg nilai budaya dan pandangan hidup orang Madura. Trims atas kebaikan anda.

    • Maret 16, 2013 pukul 12:42 am

      silahkan baca saja artikel saya yang lain tentang karakter hidup madura dalam lirik-lirik lagunya…jika masih penasaran, mampir saja ke kantor saya

  2. Mei 1, 2013 pukul 9:54 pm

    Good day I am so delighted I found your site, I really found you by error, while I was browsing on Google for something else,
    Anyways I am here now and would just like to say thanks a lot for
    a tremendous post and a all round thrilling blog (I also love the theme/design), I don’t have time to browse it all at the minute but I have book-marked it and also added your RSS feeds, so when I have time I will be back to read a great deal more, Please do keep up the excellent work.

Tinggalkan komentar