Disadap dari: http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2008/06/19/419/13/Cerdaskan-Anak-dengan-Bermain-Musik-dan-Bahasa. Kamis, 19 Juni 2008 11:00 WIB
Stimulasi dini merupakan salah satu faktor penting untuk mengoptimalkan tumbuh-kembang anak. Beberapa komponen stimulasi yang berpengaruh besar pada perkembangan otak anak, antara lain bermain, menikmati musik, dan mempelajari bahasa.
Hal itu terungkap dalam diskusi mengenai pembentukan kecerdasan anak yang diselenggarakan PT Mead Johnson Indonesia, Minggu (15/6), di Jakarta.
“Hasil penelitian membuktikan otak anak-anak pada usia emas yakni 1-3 tahun mampu menyerap pengetahuan dengan mudah. Bila spons adalah otak anak, stimulasi lingkungan adalah air yang bisa diserap dengan cepat,” ujar psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini, dalam acara tersebut.
Otak anak terdiri dari sel-sel dan serabut syaraf. Stimulasi dari lingkungan yang didapat sejak si anak lahir berfungsi membentuk hubungan-hubungan antarsel saraf sekaligus mengembangkan sinyal-sinyal otak.
Untuk bayi, misalnya, stimulasi dapat diberikan melalui belaian, obrolan, memperlihatkan dan menyentuh benda-benda bergerak dan berwarna-warni. Untuk anak usia satu tahun ke atas stimulasi dapat diberikan melalui aneka permainan.
Cara lain untuk menstimulasi anak adalah melalui musik. Sudah sejak lama diketahui bahwa musik klasik dapat mencerdaskan anak. Bagaimana dengan musik jenis lain?
“Sejauh ini penelitian yang ada baru sebatas musik klasik. Namun bila ditelaah, jenis musik klasik yang membantu perkembangan otak anak adalah yang iramanya menenangkan dan nadanya sederhana. Mungkin, musik lain yang memiliki nada sederhana dan memberi efek menenangkan juga mampu menstimulasi otak anak dengan baik,” jelas musikus Purwacaraka.
Ragam manfaat dapat diperoleh anak dari musik. Antara lain, musik membuat anak tidur nyenyak, mendorong produksi hormon pertumbuhan, menenangkan tubuh, otot dan saraf, serta meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional.
Selain itu, belajar bahasa juga menjadi salah satu cara menstimulasi otak anak. Menurut hasil penelitian, bayi dapat menyerap 13 juta kata yang diucapkan orang tuanya. Namun bila orang tua enggan mengajak bayi mereka berbicara, jumlahnya turun menjadi 62% atau hanya 8 juta kosakata. Karena itulah meski bayi belum bisa bicara, penting bagi orang tua untuk mengajak bayinya mengobrol.
Rose Mini menambahkan, anak yang kemampuan bahasanya kurang cenderung mengungkapkan emosinya melalui perbuatan. Akibatnya, anak sering dicap nakal karena berbuat kasar. Padahal, itu terjadi karena orang tua tidak melatih kemampuan bahasanya sehingga anak frustrasi saat tidak bisa mengungkapkan maksud hatinya melalui kata-kata.