29-Jun-2010, 00:15:01 WIB
Disadap dari: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Bahasa+Anak+Bahasa+Kita&dn=20100628160503
KabarIndonesia – Kertas putih adalah perumpaan bagi para anak-anak. Sikap mereka yang polos membuat mereka mencatat apa pun yang mereka dengar dari sekeliling mereka di atas kertas putih itu. Hal yang baik maupun yang buruk. Kita mungkin sering mendengar anak-anak saling mengejek dengan kata-kata kasar. Tapi tahukah kita bahwa mereka mengatakannya hanya karena mencontoh dari kita?
Hal yang pertama kali anak-anak ucapkan adalah kata-kata yang diucapkan oleh orangtuanya karena orangtua merekalah yang paling dekat dengan mereka. Terkadang ada orangtua yang terlalu kasar pada anaknya. Mereka tanpa sadar mengucapkan bahasa tak bermoral pada kertas putih itu. Anak-anak yang belum mengerti akan berpikir, “Oh, itu yang harus saya ucapkan jika bertemu orang lain.” Orangtua yang tak mengawasinya akan membiarkan anak-anak itu melakukan apa yang mereka pikirkan. Jika anak-anak itu mengatakan kata-kata buruk pada anak-anak lain, maka kata-kata itu akan menyebar bagaikan penyakit. Anak-anak lain akan menjadi korban tak bersalah. Apa orangtua pernah berpikir akan hal itu?
Anak-anak paling sering berkumpul pada jam sekolah. Di sanalah mereka belajar bersama. Penyakit bahasa yang tadi pasti menyebar di tempat itu. Bukan bahasa Indonesia yang baik mereka bawa ke rumah melainkan bahasa yang seharusnya tidak diucapkan. Guru-guru seharusnya mengawasi hal-hal itu. Namun terkadang ada juga yang justru mengajarkannya. Bahaya bukan?
Sepulang sekolah, anak-anak biasanya menonton televisi selain bermain dan belajar. Acara-acara di televisi saat ini tidak lagi memikirkan bahasa yang mereka pakai. Baik iklan, sinetron, maupun film. Menurut kita hal-hal itu adalah biasa, namun pernahkah kita menyadari bahwa mereka para kertas putih juga melihat? Mereka akan meniru apa yang mereka dengar. Tugas kita adalah mengawasi mereka, namun pihak media televisi seharusnya juga mengawasi acara-acara yang mereka siarkan. Bahasa yang buruk juga bisa berasal dari sana.
Berita televisi memang menggunakan bahasa yang baik. Anak-anak bisa menirukan hal itu. Akan tetapi, berita saat ini dipenuhi dengan berita tentang pemerintah yang sedang banyak masalah. Sadarkah kita bahwa mereka yang berpendidikan sebenarnya masih kurang dalam berbahasa Indonesia yang baik? Mereka mengucapkan kata-kata yang tak baik tanpa sadar mereka sedang disorot kamera. Contohnya saja pada rapat pansus century dulu pernah terjadi. Terlihat sekali bahasa mereka yang sebenarnya. Memang di tempat itu tidak ada anak-anak, namun melalui televisi yang menyiarkannya, anak-anak dapat melihat dan mendengarnya.
Berbagai kasus terjadi di sekeliling para kertas putih. Mereka mendengar dan mereka menirukan. Jika bahasa saja bisa mereka tiru, perbuatan pun bisa mereka tiru. Apa pun yang kita ucapkan atau lakukan, anak-anak bisa menirukannya. Anak-anak yang polos bisa belajar tanpa diajari. Maka, hendaklah kita menyadari perbuatan kita. Demi mereka, masa depan bangsa ini. (*)