Sosbud / Rabu, 14 Oktober 2009 18:37 WIB
Disadap dari: http://metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2009/10/14/4457/Istilah-Bahasa-Ibu-Tak-Cocok-Lagi
Metrotvnews.com, Bandung: Rektor Universitas Pajajaran (Unpad) yang juga budayawan Sunda, Prof Dr Ganjar Kurnia menyatakan, bahasa ibu (mother tongue) untuk istilah bahasa pertama yang dipelajari seseorang tidak tepat lagi dan perlu diganti. “Istilah bahasa ibu tidak cocok lagi. Banyak ibu dan keluarga tidak lagi mengajari bahasa daerahnya sebagai bahasa pertama bagi anak-anaknya,” kata Ganjar, di Bandung, Rabu (14/10).
Artinya, kata Ganjar, peranan keluarga khususnya ibu dalam memperkenalkan bahasa daerahnya yang menjadi bahasa ibu mengalami pergeseran. Sebagian ibu dan orang tua memilih memperkenalkan bahasa pertama kepada anak-anaknya langsung bahasa nasional. Akibatnya, anak-anak mereka banyak yang tidak tahu atau asing terhadap bahasa daerahnya sendiri.
“Contohnya di beberapa daerah di Indonesia, banyak ibu dan orang tua langsung mengajari dengan Bahasa Indonesia tanpa mengenalkan bahasa daerah terlebih dahulu. Ini menjadi alasan perlunya ada pergantian istilah bahasa ibu,” katanya.
Terkait hal itu, Ganjar akan mengusulkan penggantian istilah bahasa ibu ke UNESCO, lembaga PBB yang menangani bidang pendidikan dan kebudayaan. Menurut Ganjar, fenomena pergeseran penggunaan bahasa daerah menjadi bahasa pertama yang diperkenalkan orang tua anak tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga di kawasan lain.
“Istilahnya lebih tepat digunakan Bahasa Suku Bangsa saja, karena jelas bahasa ibu tidak lagi sesuai, sudah ada pergeseran itu,” kata Ganjar.
Meski demikian, upaya mengenalkan bahasa daerah menjadi bahasa pertama bagi seseorang wajib dilakukan secara intensif karena menyangkut identitas di masyarakat. Menurut Ganjar, bukan berarti anak diajari langsung bahasa pertamanya dengan bahasa nasional kurang baik, namun pendidikan bahasa ideal seharusnya lingkungan keluarga menjadikan bahasa pertama bagi anak-anaknya dengan bahasa daerah.
“Sangat prihatin bila anak tidak bisa berbahasa daerah yang baik hanya karena tidak mendapat arahan penggunaan bahasa daerah yang baik di lingkungan keluarganya,” katanya.
Kepandaian dalam bahasa asli sangat penting untuk proses belajar berikutnya, karena bahasa ibu dianggap sebagai dasar cara berfikir. Kepandaian yang kurang dari bahasa pertama seringkali membuat proses belajar lain menjadi sulit.
“Bahasa daerah memiliki peran penting dalam pendidikan,” katanya.
Bahasa ibu selama ini diperingati pada setiap tanggap 21 Februari setiap tahunnya oleh seluruh bangsa di dunia.(Ant/RIZ)