Disadap dari laman: http://www.detikinet.com
Jakarta – Seorang ahli bahasa dari Inggris bernama Dr Caroline Tagg harus mempelajari ribuan pesan singkat (SMS) demi meraih gelar PhD di Universitas Birmingham. Lalu apa hasil penelitiannya?
Kebalikan dengan tudingan bahwa bahasa SMS dapat merusak seni dalam berkomunikasi, Tagg mengklaim bahwa SMS malah meningkatkan keahlian berbahasa manusia. Peneliti berusia 33 tahun ini juga menyimpulkan jika SMS itu lebih dekat dengan bahasa lisan daripada bahasa yang dituangkan di atas kertas.
Hal ini terkait dengan fakta yang ditemukannya bahwa orang-orang yang ber-SMS ria itu menggunakan cara yang sama seperti mereka berbicara dalam percakapan nonformal dan dalam cara yang santai. Seperti singkatan dari kata-kata yang biasa mereka gunakan untuk mengekspresikan sesuatu dalam keseharian, misalnya “oh”, “erm”, “dunno” dan lainnya.
Selain itu, masih menurut riset Tagg, meskipun informasi yang cenderung mereka kirimkan dalam SMS itu tidak relevan, namun semua itu cukup menghibur dan bisa dipakai untuk membangun dan menjaga sebuah hubungan berkomunikasi.
Dr Tagg sendiri melakukan penelitian ini kurang lebih dalam kurun waktu 3,5 tahun. Ia membaca sekitar 11 ribu pesan pendek yang mengandung sedikitnya 190 ribu kata. Belasan ribu SMS itu dikirimkan oleh 235 orang yang berusia antara 18-65 tahun.
“Sangat menarik melakukan penelitian sejumlah metode linguistik dan frameworks kemudian mengaplikasikannya pada pesan pendek, karena pesan pendek itu cukup menyenangkan,” ujarnya dikutip detikINET dari Telegraph, Minggu (9/8/2009).
Atas penelitiannya tersebut, Dr Tagg didapuk menjadi orang pertama yang meraih gelar PhD dengan subjek penelitian berupa SMS. ( sha / ash )
Pusat Bahasa Al Azhar 